Categories: Bali

Unik…Warga Kubutambahan Dilarang Konsumsi Hewan Kaki Empat, Kok…

RadarBali.com – Warga di Desa Kubutambahan, kini dilarang mengonsumsi hewan berkaki empat. Larangan itu mulai berlaku sejak Rabu (20/9) lalu hingga Jumat (6/10) mendatang.

Larangan ini bukan hanya berlaku bagi krama adat, namun juga berlaku bagi seluruh warga yang tinggal di wewidangan Desa Pakraman Kubutambahan.

Larangan ini dikeluarkan berkaitan dengan upacara “Mepeningan” atau Ngemedalang Ida Ratu Hyang Sakti Pingit.

Beliau berstana di Pura Bale Agung Kubutambahan. Ritual ini berlangsung lima tahun sekali, dan wajib dijalani oleh seluruh warga di Desa Kubutambahan.

Sesuai dengan dresta di Desa Pakraman Kubutambahan, larangan itu sengaja dikeluarkan dalam prosesi upacara ini.

Hal itu sebagai bentuk brata yang dijalani warga yang tinggal di wilayah Desa Adat Kubutambahan. Larangan itu bukan hanya berbentuk konsumsi daging saja.

Warga juga dilarang menjual, membeli, maupun memotong hewan berkaki empat. Jangankan sapi, kerbau, atau kambing, hewan seperti katak yang berkaki empat pun pantang dikonsumsi.

“Ini berlaku selama 15 hari. Mulai tanggal 20 September sampai 6 Oktober,” kata Penyarikan Desa Pakraman Kubutambahan, Jro Made Putu Kerta saat ditemui di Pura Bale Agung Kubutambahan, siang kemarin.

Menurutnya larangan itu bukan hanya diperuntukkan bagi krama di Desa Pakraman Kubutambahan.

Tetapi semua warga yang tinggal di wilayah Desa Pakraman Kubutambahan. Terlepas ia berstatus sebagai warga adat atau tidak.

“Tidak ada pengecualian. Ini berlaku untuk siapa saja yang tinggal di wilayah Desa Pakraman Kubutambahan. Entah dia jadi warga adat Kubutambahan atau tidak, entah dia Hindu atau bukan. Semua sudah kami sosialisasikan,” tegasnya.

Bukan hanya dilarang mengkonsumsi hewan berkaki empat, warga juga dilarang menggelar upacara.

Baik itu Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, Butha Yadnya, maupun Dewa Yadnya. Hanya upacara nelung bulanin saja yang diizinkan.

Sejauh ini, kata Putu Kerta, belum ada warga yang berani melanggar dresta tersebut. Warga selalu mengikuti dresta, mengingat Desa Pakraman Kubutambahan merupakan desa tua dan memiliki beberapa ritual serta tradisi yang bersifat sakral.

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak
Tags: kaki empat

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago