Categories: Bali

Teringat Memori Letusan 1963, Sejumlah Pengungsi Pilih Bertahan

TEJAKULA – Langkah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menurunkan status Gunung Agung dari awas menjadi siaga, disambut suka cita oleh sebagian besar pengungsi.

Namun, ada pula beberapa pengungsi yang masih sangsi dengan keputusan itu, dan berharap masih diberi kesempatan bertahan di pengungsian.

Setidaknya hingga usai hari raya Nyepi, pada Maret mendatang. Para pengungsi yang menetap di Kecamatan Tejakula, sudah mulai berkemas dari kamp pengungsian, sejak Jumat (9/2) lalu.

Meski saat itu belum ada keputusan menurunkan status gunung, namun pengungsi yang sudah mendengar isu, memilih pulang lebih dulu.

Jumlah pengungsi di Kecamatan Tejakula pun terus mengalami penurunan. Dari semula mencapai angka 3.212 orang pengungsi, turun menjadi 2.221 pengungsi pada Sabtu (10/2), dan turun kembali pada angka 1.342 jiwa pada Minggu (11/2).

Pantauan Jawa Pos Radar Bali kemarin, sebagian besar pengungsi lebih memilih pulang kampung ketimbang bertahan di pengungsian.

Maklum saja, mereka sudah tinggal di kamp pengungsian selama hampir lima bulan. Para pengungsi yang menetap di Wantilan Desa Tejakula, kemarin memilih pulang.

Pengungsi asal Banjar Dinas Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu itu, diangkut menggunakan truk Dinas Sosial Karangasem.

Sementara di Banjar Dinas Benben, Desa Sambirenteng, sebanyak 27 keluarga pengungsi asal Banjar Dinas Belong, Desa Ban, juga memilih pulang.

Pengungsi yang berjumlah 140 orang itu, sudah tinggal di kamp pengungsian selama lima bulan terakhir, dan turut serta membawa hewan ternak yang notabene harta satu-satunya.

Bahkan di kamp pengungsian ini, ada dua bayi yang dilahirkan saat warga mengungsi.

Kadek Darna, salah seorang pengungsi, mengaku sudah tidak sabar pulang kampung. Dia mengaku sudah jenuh tinggal di pengungsian.

“Sudah lima bulan saya ngungsi. Sekarang pemerintah bilang sudah boleh pulang, lebih baik saya pulang. Lebih nyaman tinggal di rumah,” katanya.

Namun tak semua pengungsi memilih pulang ke rumah. Ada pula beberapa pengungsi yang masih ingin bertahan di kamp pengungsian.

Mereka mengaku masih khawatir dengan aktifitas Gunung Agung. Terlebih pada tahun 1963 lalu, gunung meletus pada bulan Februari.

Kadek Srimpen, salah seorang pengungsi, mengaku masih ingin bertahan sementara waktu di kamp pengungsian.

“Biar saya tidak bolak-balik juga. Kalau memang harus pulang, ya saya pulang. Tapi minta waktu dulu, karena belum ada biaya pulang,” kata Srimpen. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago