Categories: Bali

Pagerwesi, Krama Ziarah ke Pekuburan Bawa Banten Punjung dan Penek

KENDRAN – Hari raya Pagerwesi dirayakan dengan meriah di Kabupaten Buleleng. Ribuan krama di sejumlah desa adat, melakukan ziarah ke areal pekuburan.

Ada yang membawa banten punjung, ada pula yang membawa banten penek. Kebiasaan berziarah itu juga disebut tradisi memunjung.

Biasanya krama akan berziarah ke pekuburan, setelah menuntaskan persembahyangan di pura-pura. Baik itu di sanggah, pura dadia, maupun di pura sad kahyangan.

Selanjutnya krama bersama keluarga besar akan mendatangi setra untuk membersihkan pusara kerabat yang telah meninggal, sekaligus menghaturkan banten punjung atau banten penek di pusara.

Biasanya banten punjung akan dihaturkan di pusara, apabila keluarga yang telah meninggal belum melalui upacara pengabenan.

Sementara banten penek dihaturkan bila telah melalui prosesi pengabenan. Seperti yang terlihat di Setra Desa Pakraman Buleleng.

Ribuan krama mendatangi areal setra, setelah melangsungkan persembahyangan di Pura Dalem Buleleng.

Selanjutnya di pusara kerabat, mereka menghaturkan banten dan menyantep lungsuran banten.

Bahkan tak sedikit yang sengaja membawa bekal dari rumah untuk makan bersama di areal setra, layaknya piknik keluarga.

Salah satu krama yang menghaturkan banten punjung adalah Made Suandika. Krama Banjar Adat Pakraman Paketan itu, rutin mendatangi pusara kerabatnya setiap hari raya Pagerwesi.

“Pokoknya setiap hari raya, selalu mengusahakan datang dan menghaturkan banten punjung, karena keluarga belum di-aben. Terutama sekali waktu Pagerwesi, sama keluarga besar pasti datang kesini,” kata Suandika.

Hal serupa juga terlihat di Taman Makam Pahlawan Curastana, pagi kemarin. Sejumlah krama yang memiliki kerabat pejuang, dan pusaranya ada di Curastana, juga menghaturkan banten.

Bedanya banten yang dihaturkan adalah banten penek. Salah satunya adalah Ketut Suarni. Ia adalah keluarga pejuang revolusi I Made Dana, yang berasal dari Kelurahan Sukasada.

Konon I Made Dana tewas ditembak tentara Belanda saat memegang bambu runcing. Ketika itu, Dana terlibat dalam perang mempertahankan kemerdekaan.

“Karena almarhum sudah di­-aben, jadinya banten penek saja. Setiap Pagerwesi dan Galungan pasti kesini, menghaturkan banten.

Kalau 17 Agustus, ziarah tabur bunga. Kalau tidak kesini, rasanya ada saja yang kurang. Anak-anak juga sering mengingatkan biar ke makam,” kata Suarni.

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago