Categories: Bali

Colek Pamor Fenomena Mistis, Sulinggih Himbau Umat Mulat Sarira

SINGARAJA – Merebaknya fenomena colek pamor di Kabupaten Buleleng, hendaknya digunakan sebagai momen untuk mulat sarira.

Fenomena itu dianggap sebagai sebuah peringatan terkait situasi dan kondisi alam yang terjadi terkini. Fenomena colek pamor sempat muncul pada Sabtu (3/11) malam lalu.

Tanda itu baru disadari warga pada Minggu (4/11) pagi. Banyak warga yang bertanya-tanya pertanda apa sebenarnya tanda tersebut. Namun ada pula yang tak ambil pusing dengan hal tersebut.

Ketua Program Studi Filsafat Hindu, Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Ida Bagus Wika Krishna mengatakan, fenomena itu bisa dibilang sebagai fenomena mistis.

Hanya saja masyarakat harus sangat berhati-hati menyikapi fenomena tersebut.

“Dalam menanggapi fenomena seperti ini, umat sebaiknya hati-hati dalam merespons. Termasuk mempertimbangkan segala aspek, dari skala dan niskala,” kata Wika.

Menurutnya, ada tiga aspek yang dapat digunakan sebagai pendekatan menyikapi fenomena itu. Yakni pratyaksa, anumana, dan agama premana.

Dari pendekatan pratyaksa, fenomena itu harus diamati secara langsung oleh indra manusia. Bila tidak bisa dilakukan, maka harus dilakukan penggalian informasi lewat pendekatan anumana premana.

“Ini disebut pendekatan ‘objek antara’, artinya segala sesuatu yang memberi pengantar untuk fenomena itu,” jelasnya.

Bila kedua hal itu masih dianggap belum meyakinkan, baru dilakukan pendekatan agama premana. Biasanya pendekatan ini mengutamakan keyakinan dalam menafsirkan sebuah fenomena, terutama dari sisi simbol.

“Pamor itu kan simbol Siwa. Biasanya digunakan menghidupkan spirit spiritual pada bangunan suci. Kalau tanda tapak dara 

yang dibuat dengan pamor bisa saja diibaratkan tanda peleburan atas segala pengaruh negatif sekaligus menghindarkan dari bahaya gaib,” imbuhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, fenomena colek pamor merebak di Kabupaten Buleleng. Fenomena ini merebak di sejumlah desa, diantaranya di Desa Pejarakan, Desa Patas, Kelurahan Beratan, dan Desa Tejakula.

Tanda ini biasanya ditemukan pada pelinggih jro gede maupun pelinggih rong tiga di halaman rumah. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago