Categories: Bali

Unik! Tradisi Warisan “Ngelungsur” yang Tetap Lestari Ratusan Tahun

AMLAPURA—Tradisi “Ngelungsur” digelar warga Semeton Krama Dadia Kemoning, Abang Kelod, Kecamatan Abang, Karangasem.

Tradisi leluhur turun-temurun dan sudah berjalan ratusan tahun itu digelar warga setempat usai menggelar Aci Sugihan Bali di Pura Pesimpangan.

 Jro Mangku Pura Pesimpangan I Nengah Mangku Sudiarsana dikonfirmasi menjelaskan, bahwa tradisi Ngulungusur memang rutin dilakukan.

Lungsuran ini, kata Jro Mangku Sudiarsana selain memiliki makna berkah permohonan keselamatan kepada krama Dadia, tradisi ini diakui juga sebagai bentuk goyong-royong dan kebersamaan.

Dimana menurutnya, saat Aci semua perlengkapan upacara dikerjakan secara bersama-sama. “Begitu selesai, Aci lungsuran juga wajib dinikmati bersama-sama dengan dibawa pulang dibagi secara merata kepada semua krama dadia yang berjumlah 100 KK,”terangnya.

Saat aci dilakukan, sarana upacara seperti ayam, itik atau bebek, maupun sarana lainya dikeluarkan secara bersama-sama. Sementara biaya lainya juga berdasarkan urunan krama sekitar 300 ribu per orang,”tambahnya.

Sebelum lungsuran dibagi kepada seluruh krama dadia, terlebih dahulu dilakukan ngelayub atau ngelungsur (mengambil) sesaji (persembahan) yang dipersembahkan di beberapa pelinggih.

Setelah proses ngelungsur sesaji selesai, kemudian seluruh sesaji dikumpulkan jadi satu. Lalu di bagi menjadi 100 bagian seperti jumlah krama dan dibagikan untuk dibawa pulang.

Lungsuran tersebut lengkap dengan daging ayam, bebek, babi guling, buah, dan juga nasi setiap paket atau tanding sama jumlahnya. “Ini adalah wujud dari paice Ida Betara yang memang harus dinikmati sebagai bentuk syukur,” ujarnya.

Sementara itu, Perbekel Abang I Nyoman Sutirtayana yang juga anggota krama dadia setempat mengakui kalau tradisi ini sudah terjadi sejak lama. Menurutnya, tradisi ini bagian dari untuk memohon berkah keselamatan kepada Ida Betara atau Ida Sesuhunan yang melinggih (bersemayam) di Pura Dadia tersebut.

Sementara selaian sebagian di nikmati kalau memang ada yang tidak layak karena rusak itu terkadang diberikan kepada hewan peliharaanya.

Seperti babi dan juga sapi serta ayam. ini juga mengandung doa agar hewan peliharaan juga selamat dan cepat besar tidak kena serangan penyakit.

Tradisi ini juga terjadi di pura-pura lainya di Abang. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago