Categories: Bali

Seniman Gus Teja Ikut Meriahkan Tradisi Ritual Perang Api di Duda

AMLAPURA—Tradisi ritual Siat Api atau perang api kembali digelar di Desa Pakraman Duda.

 Kali ini ritual perang api digelar bertepatan dengan Ritual Penabuhan.

Sebelum dilakukan ritual siat api, di masing masing rumah warga juga dilakukan pecaruan atau dengan membakar Keblug Keblugan tang terbuat dari bamboo.

Kemudian menjelang Sandi Kala sekitar pukul 18.00 wita persiapan dilakukan untuk siat Api.

Pantauan Jawa Pos Radar Bali, ritual Siat Api dilakukan tepat di atas Tukad Sangsang tepatnya di atas Jembatan perbatasan Desa Duda Timur dengan Desa Duda.

Siat api kali ini dilakukan para pecalang dan juga para pemuda Desa Pakraman Duda.

Menurut Bendesa adat Duda, Jro Komang Sujana tradisi ini sempat dilakukan sejak zaman dulu. Namun sejak tahun 1965 seteleh Gunung Agung meletus tradisi tersebut sempat berhenti. “Sejak tiga tahun lalu tradisi ini kembali di bangkitkan,”kata Sujana.

Selain itu, kata Jro Komang Sujana, ritual ini sebagai bentuk Nyomia Bhuta Kala. Yakni untuk membersihkan alam atau bhuana Agung. Tradisi ini dilakukan jelang Ngusaba Dodol dan juga akan dilakukan Karya Taur Gentuh di Pura Puseh Desa Duda.

“Sempat di hentikan, namun kali ini kita bangkitkan kembali,” ujarnya.

Bahkan yang istimewa saat tradisi Siat, Senin (4/2) yakni dengan keterlibatan Seniman Seruling, Gus Teja. Gus Teja sendiri ikut ambil bagian dalam siat api tersebut.

Gus Teja dengan menggunakan kain tanpa baju dan tubuh dihias dengan garus hitam dari arang nampak ikut membawa Perakpak yang sudah diisi api.

Perakpak  sendiri terbuat dari daun kelapa tua diikat kemudian dibakar seperti obor.

Bahkan dalam perang api tersebut bagian punggung Gus Teja mengalami sedikit luka bakar. “Ya ini baru pertama kali saya ikut, senang dan seru sekali,” ujarnya.

Gus Teja sendiri sengaja datang untuk melihat dan merasakan langsung tradisi tersebut.

Sementara itu sebelum siat api, dilakukan persiapan terlebih dulu di Pura Puseh Desa Pakraman Duda. Dari sana kemudian bergesar menuju Jembatan Tukad Sangsang.

Tim dibagi dua kubu. Para peserta sendiri menggunakan kain dengan saput poleng tanpa menggunakan baju. Sementara untuk memedakan satu tim menggunakan destas merah dan yang lainya menggunakan destar atau Udeng putih.

Sebelum serangan dimulai dibunyikan tetabuhan Bale Ganjur sebagai penyemangat. Apa aba serangan dilakukan Bendesa adat Duda. Kedua kubu kemudian saling serang dan pukul dengan menggunakan perakpak yang berisi api. Percikan bunga api menyembur begitu tubuh tubuh mereka dipukul dengan perakpak.namun seakan akan tidak ada rasa sakit. Mereka pun terus berteriak dan bergembiri sangling serang.

Usai siat api semua peserta kembali ke Pura Puseh Duda untuk makan bersama. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago