Categories: Bali

[Gawat] Stok Golongan darah O dan B di UTD PMI Bali Menipis

DENPASAR– Stok darah golongan o dan B  di  Unit Tranfusi darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Bali menipis.

Penyebabnya, selain kondisi pendonor saat liburan akhir tahun dan awal tahun menurun, tingginya permintaan darah karena tingginya angka kasus demam berdarah dan kasus lain juga menjadi pemicu.

Kepala UTD PMI Provinsi Bali, dr AA Sagung Mas Dwipayani, merinci hingga Sabtu (11/1), jumlah stok darah golongan O hanya 32 dari jumlah kebutuhan sebanyak 120. Sedangkan darah golongan B, dari jumlah stok sebanyak 31, ada sebanayk 80 permintaan per hari.

“Sejak 25 Desember  2019 sampai saat ini golongan darah o dan b menipis,”tandasnya. 

Diuraikan, penyebab menipisnya stok darah di UPT PMI itu terjadi karena saat perayaan tahun baru dan Natal banyak karyawan yang bekerja di hotel lebih banyak  fokus melayani tamu karena tingkat hunian tinggi.

Selain itu, mitra PMI seperti TNI/Polri  fokus melakukan pengamanan.

“Kami informasikan lagi yang punya minimarket dan supermarket sibuk melayani pembeli itu salah satu kami analisa kenapa sampai terjadi keokosangan khusus o dan b. golongan darah o dan b populasinya tinggi,”imbuhnya.

Lebih lanjut, berdasarkan data persentase kebutuhan darah di UTD PMI Provinsi Bali RSUP Sanglah Denpasar, terinci golongan darah O sebanyak 45 persen; B  sebanyak 31,3 persen, A sebanyak 18 persen dan AB sebanyak  5 persen.

“Jadi kalau dilihat  secara keseluruhan populasi atau kebutuhan, terbanyak memang golongan  O, “ jelasnya.

 Selain itu, masih kata Sagung, untuk kebutuhan darah per bulan di UTD PMI  bisa mencapai 4000 kantong.

Sayangnya, jumlah itu diakui tidak sebanding dengan jumlah yang berdonasi. “Donor darah   kisaran 3000 orang.   Melebihi angka 3000 juga disaat tertentu saja, seperti bulan Agustus, karena  banyak yang membuat kegiataan perayaan hari kemerdekaan,”jelasnya.

Kemudian  pada April, hari lahir Kartini dan juga Februari, berkaitan dengan hari kasih sayang (Valentine).

 

Bahkan, masih terkait kebutuhan darah di tahun  2019 lalu, Sagung juga mengatakan jika  terjadi kenaikan dibandingkan 2018.

Tahun 2018 dibutuhkan 4200 kantong per bulan, sedangkan 2019 naik menjadi 4400 per bulan.  

Sedangkan untuk kebutuhan kantong darah, jumlah tertinggi ditempati kasus Anemia kronis, kedua emodialisa (cuci darah); ketiga kemoterasi atau penderita kanker, dan keempat demam berdarah.

“Tapi untuk kasus seperti pasien pendarahan, dan cidera karena kecelakaan juga angkanya cukup banyak,”jelasnya.

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago