Categories: Bali

Desa Adat Gianyar Pakai 3 Sulinggih, 4 Lainnya Disediakan Pemkab

GIANYAR – Polemik sulinggih saat Tawur Agung Kasanga antara desa adat dengan bupati Gianyar memang telah mereda.

Tawur di catus pata (perempatan Gianyar, red) pada 24 Maret akan dipuput Sarwa Pandita (7 sulinggih). Namun dalam pelaksanaannya, sedikit dimodifikasi.

Desa Adat Gianyar tetap memakai 3 sulinggih sesuai tradisi. Sedangkan, 4 sulinggih lainnya, disediakan oleh pemerintah.

Bendesa adat Gianyar, Dewa Suardana, menyatakan, keputusan itu berdasarkan hasil rapat warga desa adat Gianyar pada 12 Februari lalu.

Ada 5 point dalam kesepakatan warga mengenai permintaan bupati yang ingin memberikan ruang bagi seluruh sulinggih muput Tawur.

Lima point itu diantaranya, pertama pelaksanaan upacara Tawur Agung Kasanga hanya di satu tempat, yakni catus pata (perempatan di depan puri).

Kedua, pelaksanaan Tawur sepenuhnya diatur oleh desa adat Gianyar dan dilaksanakan oleh krama desa adat Gianyar.

“Ketiga, desa ada Gianyar menerima pangenjuh (pemberian, red) dari bupati Gianyar untuk melibatkan Sarwa Pandita dengan berpedoman pada Tri Sadhaka

(3 paham, Siwa, Budha dan Bujangga), mengutamakan sulinggih yang ada di desa Gianyar,” ujar Suardana membacakan bunyi point kesepakatan itu.

Keempat, menetapkan Ida Pedanda dari Geria Hyang Api sebagai Yajamana Tawur sebagai Sadhaka  Siwa.

Untuk Sadhaka Budha, nuwur (memohon, red) dari luar desa. Sedangkan untuk Sadhaka Bujangga, Ida Rsi Bujangga Waisnawa dari Geria Sengguan.

“Untuk teknis pelaksanaan, dibicakan lebih lanjut di dalam paruman prajuru atau rapat pengurus desa adat Gianyar,” pungkasnya.

Lima point kesepakatan itu telah dituangkan dalam surat yang kemudian dikirimkan kepada bupati Gianyar. Surat ke bupati itu juga ditembuskan kepada para klian dan sabha desa adat.

Diberitakan sebelumnya, pada Tawur 2019 lalu, pemerintah ingin Tawur yang berlangsung sehari sebelum Nyepi atau sesaat sebelum Pangerupukan mengarak ogoh-ogoh itu dipuput atau diselesaikan oleh sarwa pandita.

Namun, desa adat saat itu bersikukuh ingin dipuput 3 sulinggih saja sesuai tradisi. Akhirnya, pada 2019, pemerintah menggelar Tawur di perempatan Taman Kota atau lokasi Videotron saat ini.

Sedangkan, di saat yang bersamaan, desa adat juga menggelar Tawur di perempatan puri. Jarak dua tawur itu tak begitu jauh. Bahkan bisa saling melihat.

Kemudian, pada 2020 ini, Tawur kembali jadi satu lokasi seperti sebelumnya. Bedanya, Tawur kali ini dipuput oleh 7 soroh sulinggih. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago