Categories: Denpasar & Badung

Sapi Konsumsi Sampah TPA Suwung Aman Dikonsumsi, Asal…

RadarBali.com – Permintaan Gubernur Bali Made Mangku Pastika agar melarang pemilik ternak sapi menggembalakan hewan ternaknya di TPA Suwung mendapat respons para pihak.

Dosen Fakultas Peternakan Universitas Udayana sekaligus peneliti sapi Bali di TPA Suwung, I Nyoman Tirta Ariana mengatakan, keberadaan peternak sapi di TPA Suwung adalah sebuah dilema.

Sebab, para peternak yang memiliki ribuan sapi itu sudah terlanjur enak memelihara sapi di sana. Mereka tidak perlu membuat kandang dan memberi makan.

Karena sapi tinggal dilepas saja. Hasilnya pun tidak kalah jauh dari sapi yang dipelihara di kandang. “Tinggal hitung aja. Harganya sama saja. Yang biasa aja hampir Rp 10 juta,” ujar Wakil Dekan Fakultas Peternakan Unud ini.

Menurut hasil penelitiannya, sapi yang ada di TPA Suwung itu layak dikonsumsi, asal sebelum memotong harus di karantina untuk mengurangi residu.

Pasalnya, berdasar hasil penelitian terakhir sapi  di TPA Suwung terkontaminasi logam berat timbal (Pb), kadmium (Cd) dan tembaga (Cu) .

“Kalau berdasarkan SNI itu masih di bawah ambang batas. Kalau berternak di sana dan dikonsumsi masyarakat mohon di karantina sebulan untuk bisa menurunkan atau mengurangi residu. Saat karantina dikasih makanan yang kualitas biasa seperti rumput, ” imbuhnya.

Tirta Ariana menambahkan, sapi Bali yang digembalakan di TPA Suwung memiliki perbedaan dengan sapi biasa.

Darah putih sapi Bali yang biasa digembalakan di TPA Suwung meningkat karena terus melawan kuman yang masuk.

Sementara untuk kualitas daging sebenarnya tidak bisa bertahan di ruang terbuka, sehingga kalau dipotong harus cepat dimasukkan di kulkas.

Kandungan logamnya pun tidak akan sampai masuk ke daging, kalau dikonsumsi juga tidak berbahaya, asalkan yang dipotong bukan sapi yang sakit.

Tirta menjelaskan, sapi di sana dipelihara dari kecil sehingga mampu beradaptasi. Memang yang dimakan limbah-limbah sampah organik maupun anorganik.

Namun,  sapi bisa memilih makanan yang dia sukai. Lanjutnya, justru sapi yang dibawa dari luar TPA Suwung akan sakit, karena akan kaget dengan lingkungannya.

Tirta menyarankan, dari segi sosial kalau ingin TPA Suwung ditutup, pemerintah harus bisa memberikan solusi.

Dalam penelitiannya itu, dia merekomendasikan agar pemerintah bisa membeli semua sapi itu sebelum dipotong untuk dikarantina terlebih dulu.

Pasalnya, jika sekadar mengimbau peternak, mereka  enggan memindah sapi-sapinya karena tidak ekonomis. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago