Categories: Denpasar & Badung

Kanker Serviks Jadi Penyakit Paling Mematikan di Bali, Setelah Itu…

DENPASAR – Meski bukan penyakit menular, penderita kanker payudara di Bali cukup tinggi. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya.

Meski tak menyebutkan data, Suarjaya mengatakan setelah kanker payudara baru disusul kanker serviks, kanker paru dan kanker saluran pencernaan.

Menurut Suarjaya, deteksi dini penyakit kanker saat ini masih sangat lemah.  Bahkan tak jarang gejala klinis yang sudah disadari itu diabaikan.

Contoh seorang ibu atau wanita misalnya keputihan diabaikan padahal ini sudah tanda-tanda. Gejala itu tidak dianggap sebagai suatu kelainan.

“Setelah gejala keras seperti misalnya sudah keputihannya keras, sudah berbau, sudah berdarah, baru mau periksa akhirnya sudah stadium tiga. Kalau sudah stadium tiga kan sudah sulit ditangani dan harus kemoterapi,” ungkap Suarjaya.

Suarjaya menekankan pentingnya deteksi dini kanker saat masih stadium nol. Jika sudah stadium tiga, sekalipun dikemoterapi belum tentu bisa menyembuhkan pasien.

Suarjaya tak menampik jika kesadaran deteksi dini kanker masih rendah. Padahal sudah ada upaya edukasi yang diberikan kepada masyarakat.

Misal di puskesmas, petugas disana memperkenalkan konsep sadari atau pemeriksaan payudara sendiri untuk mencegah kanker payudara.

Dalam hal ini, wanita diberi tahu cara-cara memeriksa kelainan pada payudaranya setiap habis mandi di cermin.

Suarjaya menambahkan, jika dalam pemeriksaan ditemukan kanker stadium satu, bisa dilakukan tindakan operasi untuk sembuh sempurna.

Kalau sudah stadium 2, harus ada kombinasi antara operasi dan radioterapi. Pemeriksaan tersebut di RSBM tetap dijamin oleh BPJS Kesehatan. Termasuk nanti ketika RSBM sudah memiliki unit kanker terpadu.

Dijelaskan Suarjaya, untuk kanker serviks, saat ini angkanya sudah jauh menurun dengan adanya vaksinasi Human Papilloma Virus (HPV) dan pemeriksaan IVA.

Bila dalam pemeriksaan IVA ternyata positif, maka dengan cepat bisa diambil tindakan krioterapi untuk mencegah terjadinya kanker.

Dengan pemeriksaan IVA dan positif, itu sudah menjadi tanda bahwa 3 tahun lagi dia akan menjadi kanker serviks.

“Sebelum itu terjadi, di-krioterapi, tidak jadi kanker serviks. Disamping adanya imunisasi HPV itu,” pungkas pejabat asal Buleleng itu

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago