Categories: Denpasar & Badung

Dua Peneliti Asing Teliti Kesehatan Jiwa Warga Bali, Ini Alasannya…

DENPASAR– Kondisi kesehatan jiwa warga Bali menjadi obyek penelitian dua peneliti asing, yakni Dr Niko Tiliopoulos dari University of Sydney (Australia) dan Annemieke Bikker dari University of Edinburgh (Skotlandia). 

Mereka juga didampingi peneliti lokal, yakni Dr dr Cokorda Bagus Jaya Lesmana, SpKJ(K) dari Universitas Udayana.

Penelitian ini sebagai bagian dari hibah penelitian yang didanai oleh  Sydney Southeast Asia Centre (SSAC), University of Sydney, Australia.

“Kami ingin mengetahui sejauh mana penerapan UU Nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa benar-benar diterapkan di Bali,” kata Niko.

Masalah kesehatan jiwa, menurut keduanya, sangat menarik karena di seluruh dunia belum cukup mendapat perhatian.

Perhatian umumnya lebih terfokus ada kesehatan fisik padahal baik fisik maupun mental sama pentingnya dan saling berkaitan. 

Dipilihnya Bali sebagai lokasi penelitian karena kedekatan Niko yang sebelumnya pernah tinggal di Bali dan telah banyak melakukan penelitian dengan Suryani Institute for Mental Health.

Penelitian selama 1 bulan  itu dilakukan dengan melakukan wawancara pada 27 psikiater di Kota Denpasar dan 7  Kabupaten lainnya.

Di Jembrana, wawancara tidak dilakukan karena memang tidak ada psikiater yang melakukan praktek di kabupaten paling barat itu.

Para psikiater sendiri umumnya bekerja di Rumah Sakit dan belum ada yang bekerja di level Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Akibatnya, mereka kurang berinteraksi dengan problem masyarakat sehari-hari dan hanya terfokus untuk menangani kasus-kasus yang sudah akut.

Menurut Annemieke, dari wawancara yang telah dilakukan, terkesan para psikiater memiliki kepedulian untuk ikut terjun membantu masyarakat secara lebih luas.

Tetapi mereka terbentur pada belum adanya prosedur untuk tindakan preventif maupun mitigasi (pengurangan resiko). “Mereka sangat ingin tetapi tidak tahu bagaimana caranya,” ujarnya.

Dari pihak masyarakat sendiri masih terdapat stigma sehingga siapapun yang mengalami masalah kesehatan mental dan mendatangi psikiater akan dianggap sebagai orang gila.

Masyarakatpun kemudian  lebih banyak yang pergi ke balian.  Mereka berharap, hasil penelitian nantinya akan dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan Pemerintah Bali sehingga terdapat dorongan untuk menangani masalah ini. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago