Categories: Denpasar & Badung

Gerhana Bulan Bukan Fenomena Biasa, Ini Versi Lontar Roga Sanggara…

DENPASAR – Gerhana bulan terlama abad ini, Micro Blood Moon sejauh 406.223 kilometer pada pergantian antara tanggal (27/7) ke (28/7) diyakini memberi dampak pada masyarakat Indonesia, khususnya Bali.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali I Gusti Ngurah Sudiana menyebut Gerhana Bulan Total (GBT) yang diprediksi

mulai pukul 00.13 dan mencapai puncak pada pukul 03.22 (berdurasi 1 jam 43 menit) akan memberikan pelajaran bagi makluk hidup di dunia.

Kepada Jawa Pos Radar Bali kemarin (27/7), Sudiana menyebut, dari sisi kepercayaan, gerhana bulan dan matahari merupakan hari yang sangat baik; hari yang mempunyai makna spiritual bagi peredaran alam semesta.

“Dalam lontar Roga Sanggara bumi ada tanda-tanda gempa, gerhana matahari, gerhana bulan,” ulasnya sembari menyebut ada maksud di balik di setiap fenomena alam, khususnya gerhana bulan.

Gerhana pada sasih karo alias bulan dingin (bulan kedua dalam penanggalan kalender Bali, Red) bila dikaitkan dengan mitologi Hindu dapat dipadankan dengan suasana Yama Loka (sorga) saat Bhatara Yama membersihkan kawah.

“Sedang dibersihkan kawahnya untuk menghilangkan kotoran-kotoran. Maka banyaklah para roh yang pergi ke dunia,” jelasnya.

Lebih lanjut, tandas Sudiana, dihubungkan dengan gerhana purnama di sasih karo masyarakat Bali wajib waspada terhadap konflik.

“Akan terjadi udara atau suhu politik yang hangat, manusia cepat tersinggung. Karena roh-roh itu pergi ke dunia. Hati-hati akan adanya konflik.

Hati-hati pengaruhnya terhadap bencana alam. Makna dari tanda-tanda itu (gerhana bulan di sasih karo, Red) masih tersembunyi. Kita sebagai manusia harus tetap mawasdiri; waspada,” tegasnya.

Ditambahkannya, bulan kepangan atau gerhana bulan memiliki cerita sendiri di Bali. Cerita gerhana bulan tidak lepas dari cerita Raksasa Kalarau,

putra dari Sang Wipracitti dan Sang Singhika yang merupakan raksasa yang terbentuk dari sebuah kepala tanpa badan.

Sosok raksasa yang abadi karena ikut meminum tirta amerta (air keabadian) saat menyamar sebagai dewa dalam pembagian tirta amerta saat pemutaran Gunung Mandara Giri.

“Gerhana bulan dalam mitologi Hindu merupakan perwujudan Sang Hyang Ratih ditelan oleh Kalarau,” pungkasnya.

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago