Categories: Denpasar & Badung

Koster Sepakat Pembangkit Listrik di Bali Tanpa Batubara Tahun 2025

DENPASAR – Rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) tahap 2 dengan bahan bakar batu bara di Celukan Bawang masih terus menuai protes.

Tuntutan terhadap SK Gubernur tentang ijin lingkungan pembangunan PLTU Celukan Bawang terus berlanjut sampai ke tingkat banding.

Penolakan bukan hanya dilakukan oleh warga dan LSM lingkungan melalui jalur hukum, namun juga oleh mahasiswa.
Salah satunya dilakukan oleh mahasiswa Universitas Warmadewa dengan mengadakan diskusi tentang energi terbarukan.

Talkshow yang berkerjasama dengan Greenpeace Indonesia ini menghadirkan Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Ni Luh Made Wiratmi SE MSi,

Hindun Mulaika yang merupakan Juru Kampanye Energi Terbarukan, I Gusti Ngurah Agung Putradhyana atau akrab disapa Agung Kayon sebagai salah satu praktisi energi terbarukan.

Agung Kayon menegasakan bahwa Indonesia dan Bali sendiri sangat kaya dalam hal potensi alam yang dapat dijadikan sumber energi listrik ramah lingkungan.

Sepertinya yang telah dilakukan Agung Kayon selama bertahun-tahun dengan membangun dan mengampanyekan penggunaan panel surya sebagai salah satu solusi memproduksi listrik.

“Jika ada yang mengatakan bahwa hujan menjadi kendala saat menggunakan panel surya, sekarang sudah ada tekhnologi panel surya yang walaupun saat hujan masih tetap dapat digunakan,” ungkapnya.

Agung Kayon yang pernah mendapat penghargaan dari Menteri ESDM karena perannya sebagai pengampanye Energi Prakarsa ini menambahkan

bahwa banyak simbol-simbol yang diberikan oleh para tetua kita untuk bahwa Indonesia kayak akan energi alam yang tak pernah habis.

“Saya mengartikan warna merah dan putih pada bendera Indonesia sebagai simbol surya dan air. Bagaimana bisa kita yang memiliki bendera begitu energitik, merasa lemah tentang energi?” tegasnya.

Tidak kalah menarik, Hindun Mulaija sebagai Juru Kampanye Energi Terbarukan Greenpeace Indonesia menyampaikan bahwa rencana menjadikan gas sebagai bahan bakar pengganti batu bara juga kurang tepat.
Hindun menegaskan gas itu bukanlah energi terbarukan karena dapat habis dan miliki risiko lingkungan yang besar. “Karena proses fracking gasnya pun berpotensi merusak lingkungan,” jelasnya.

Senada dengan penolakan terhadap PLTU Batu Bara di Celukan Bawang, Ni Luh Made Wiratmi menyatakan bahwa pemerintah Provinsi Bali berkomitmen untuk menghentikan penggunaan batu bara di Bali.

“Bapak Gubernur Bali memiliki misi pada tahun 2025 nanti di Bali tidak boleh lagi ada batubara,” ungkap Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali ini. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago