Categories: Denpasar & Badung

15,6 Juta Warga Berhenti Jadi Petani, Ini Curhat Dekan Pertanian Unud…

DENPASAR – Indonesia sebagai negara agraris tentu memiliki potensi yang besar dalam sektor pertanian. Potensi yang besar ini tentu memiliki tantangan yang juga begitu besar.

Dekan Fakultas Pertanian Udayana Prof Dr Ir I Nyoman Rai memaparkan persoalan dan tantangan tersebut dalam acara Jambore Petani Muda 3 PT. Petrokimia Gresik di Kampus Udayana, Denpasar, Jumat (27/9).

“Permasalahannya sangat kompleks. Dari persoalan persepsi, kebijakan hingga teknis operasional,” ujar Prof Nyoman Rai.

Dijelaskannya, dalam persoalan persepsi, masih banyak masyarakat dan pemerintah belum memberikan apresiasi yang baik dibidang pertanian di Indonesia. 

Akibatnya, tidak ada ketertarikan bagi generasi muda untuk menjadi petani. Kebijakan anggaran baik dari APBD Pemprov Bali dan APBD kabupaten/kota se-Bali pun masih minim.

“APBD untuk sektor pertanian malah dibawah 1 persen di Bali. Bagaimana mau memajukan pertanian?” singgungnya.

Begitu juga terkait teknis operasional. Disebutkan, banyak penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Indonesia, namun yang bisa digunakan oleh petani kurang.

“Mereka lebih senang menggunakan tamatan luar negeri dalam kerja-kerja teknis operasional,” herannya.
Persoalan lainnya yang tak kalah penting adalah soal alih fungsi lahan. “Bangsa ini memiliki potensi yang besar. Negara kaya raya dengan geografinya.

Iklim variasi dan kesuburan tanah yang luar biasa. Semestinya bangsa ini dapat dibangun dari industri pertanian. Yang terjadi justru tidak bisa begitu. Padahal, kita ini negara agraris,” ujarnya.

Prof Nyoman Rai berharap, untuk di Bali kedepan, dengan potensi dunia pariwisata yang dimiliki, dapat diintegrasikan nantinya antara pertanian dengan pariwisata.

“Ini pasti akan menjadi luar biasa,” ujarnya. Masih berkaitan dengan sektor pertanian, Direktur Produksi PT Petrokimia Gresik I Ketut Rusnaya juga mamaparkan tantangan memang tidak ringan kedepannya.

“Yang berat adalah menghadapi penurunan jumlah petani,” ujarnya. Berdasar sensus pertanian yang disampaikan BPS (data 2013), dalam 10 tahun terakhir jumlah Rumah Tangga Petani turun 20 persen atau hilang sebesar 15,6 juta.

Sementara itu, setiap tahun jumlah pertumbuhan penduduk Indonesia akan terus meningkat  yang akan berdampak pada kebutuhan pangan nasional.

Di Bali, rata-rata produksi beras di Bali per tahun mencapai 525 ribu ton, melebih kebutuhan rata-rata yang hanya 450 ribu ton.

“Sekian juta ton dibutuhkan dan itu yang harus di garap,” ujarnya. “Semoga kedepan banyak petani muda yang kreatif dan menjadikan dunia pertanian lebih menarik,” tutupnya. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago