Categories: Denpasar & Badung

Dewan Kritik Kadisdik Matikan HP, Sebut Lebih Mudah Hubungi Koster

DENPASAR – Permasalahan penerimaan pendaftaran peserta didik baru (PPDB) kerap terjadi tiap tahun. Sayangnya permasalahan itu tak jadi pelajaran.

Tiap tahun selalu terjadi masalah yang hampir sama. Ironisnya, pejabat berwenang justru terkesan lari dari tanggung jawab.

Hal itu diungkapkan Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali I Wayan Rawan Atmaja yang juga anggota Komisi IV yang mengurusi pendidikan. 

Ia mengaku susah sekali menghubungi Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga, Ketut Ngurah Boy Jayawibawa yang sengaja mematikan teleponnya.

Tidak hanya wartawan yang susah menghubungi pejabat yang suka motor gede (moge) itu tapi ternyata anggota DPRD Bali juga mengalami hal serupa. 

Bahkan, Rawan langsung menghubungi gubernur terkait permasalahan sekolah ketika masyarakat ada yang menanyakan kepadanya. Sebab, masih banyak anak-anak yang belum dapat sekolah. 

“Pejabat yang berkompeten dan bertanggung jawab kalau ada kisruh apalagi pendidikan ini jangan  mematikan handphone (HP)  yang menjadi sasaran DPRD.

DPRD tidak ada urusan dengan pendidikan nanti kami menabrak aturan. Terus handponenya  mati. Sering sudah,” ucap anggota DPRD asal Nusa Dua ini. 

Rawan meminta setidaknya kalau ada kendala bisa berkomunikasi dengan DPRD untuk mencari solusi.

Katanya, dewan akan mendukung apalagi dari Fraksi Golkar mengenai pendidikan baik perihal anggaran maupun siswa yang tercecer.

Minimal bisa dikomunikasikan terlebih dahulu bukan lari seperti ini susah diajak komunikasi. “Lebih mudah berkomunikasi dengan pak gubernur. Langsung whatsapp dibalas. Begitulah sebaiknya jadi pemimpin,” sentilnya.

Disinggung mengenai Badung yang kekurangan sekolah, Rawan mengakui kalau di Badung kekurangan SMA dan SMK.

Dia menuturkan, Kuta Selatan, Kuta, dan Kuta Utara butuh dibangun satu SMA dan satu SMK lagi. Selain itu di Mengwi dan Abiansemal juga demikian. Karena saat ini memang kekurangan sekolah negeri. 

Ia mencontohkan di Kecamatan Kuta tidak ada SMK negeri. Maka dibutuhkan SMK disana. Kemudian SMA negeri hanya ada dua sekolah di Kuta, sedangkan lulusan SMP ada banyak. 

“Banyak masalah perlu tamabahan SMK dan SMA, dampak Covid jauh lebih parah. Tolong ini diselesaikan, jangan lari dari tanggungjawab,” pungkasnya.

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago