Categories: Denpasar & Badung

Libatkan Pecalang untuk Operasi Skala Besar, Akademisi: Apa Urgensinya

DENPASAR – Kapolda Bali Irjen Petrus Golose menyiapkan operasi skala besar dengan mengerahkan tenaga pecalang untuk menciptakan keamanan di Bali.

Hal ini dapat dilihat dari tindakan Kapolda Bali yang melibatkan para pecalang di barisan kedua dalam pengamanan aksi tolak UU Omnibus Law yang digelar di Jalan Sudirman, depan Kampus Unud, Kamis (22/10) lalu.

Sosiolog Universitas Udayana Gede Kamajaya mengaku heran dengan pola pengamanan yang dilakukan Kapolda Bali ini.

“Aku nggak melihat situasi darurat dan serius yang mengharuskan ada operasi skala besar,” ujar Kamajaya saat diwawancara Radarbali.id.

Menurut Kamajaya, bila ditelisik dalam Perda Desa Adat, pecalang adalah satuan tugas keamanan dan ketertiban di wawidangan Bali.

Namun demikian ada point penting lagi yaitu pecalang juga berpartisipasi dalam tugas menjaga keamanan negara tentu setelah berkoordinasi dengan prajuru adat.

“Kiranya point inilah yang memungkinkan pelibatan pecalang dalam pengamanan di luar wilayah adat,” ujar Kamajaya. Apa ini wajar?

“Mobilisasi pecalang menunjukkan mobilisasi adat di dalamnya. Kondisi inilah yang dianggap wajar oleh publik Bali pada umumnya. Lebih-lebih setelah keluar surat edaran dari MDA,” jawabnya.

Yang mengkhawatirkan adalah bila memang bentrok terjadi antar pendemo dan para pecalang. Sebab, hal ini yang menimbulkan bentrokan antar warga sipil pendemo dan warga sipil pecalang.

Terlepas dari itu, Kamajaya melihat ada ketidakwajaran dalam pola yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Apa itu?

“Yang tidak wajar itu narasi seolah Bali dalam kondisi gawat darurat sehingga perlu operasi skala besar, sampai mendatangkan pecalang dari beberapa wilayah lain di luar Denpasar,” jawabnya lagi.

Padahal, sudah terbukti juga bahwa aksi yang dilakukan mahasiswa dalam menolak UU Omnibus Law kemarin terbukti aman-aman saja.

Kamajaya justru menyoroti pihak kepolisian semestinya lebih serius mencari siapa dalang dibalik beredarnya poster-poster provokatif yang tersebar sebelum aksi demonstrasi kemarin tersebut.

“Sebaiknya operasinya sekarang diarahkan ke siapa yang menyebar selebaran provokasi aksi di beberapa tempat yang isinya jauh berbeda dari apa yang disuarakan peserta aksi kemarin (bakar, jarah, dan sejenisnya),” ujarnya.

“Itu tidak pernah muncul dalam selebaran aksi mahasiswa yang saya baca di medsos dan berita, bahkan mahasiswa langsung membantah lewat konferensi pers dan menunjukkan pamflet aksi mereka,” pungkasnya. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago