Categories: Ekonomi

Produk Melimpah, Petani Tabanan Masih Kesulitan Pasarkan Beras Hitam

DENPASAR – Sebagian petani Subak Bengkel, Tabanan mengaku masih mengalami kendala untuk memasarkan produk beras khusus seperti beras hitam yang menjadi produk andalan saat ini.

Kondisi ini membuat produksinya tidak mengalami perkembangan, mengingat serapan pasar yang masih terbatas.

Manager Pengolahan Hasil Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Subak Bengkel Pande Putu Widya Paramarta mengatakan, jumlah anggota di Subak Bengkel mencapai 554 orang dengan luas lahan yang mencapai 300 hektare.

Dari total lahan padi di Subak tersebut, hanya 5 hektare yang diplot untuk pengembangan produk beras hitam.

“Dalam satu tahun dengan masa panen dua kali mencapai 50 ton, satu kali panen mencapai 25 ton,” ujarnya ditemui di Denpasar saat mengikuti pameran Hortikultura kemarin.

Dia mengakui, dengan produksi dan lahan yang hanya mencapai 5 hektare tersebut mengingat petani masih kesulitan dalam pemasaran produknya.

Sehingga serapan gabah di tingkat petani menjadi tidak maksimal. “Itupun dari hasil produksinya, yang nyerap hanya dari teman-teman saja,” bebrnya.

Disinggung serapan dari toko modern, Pande menyebut sudah ada penjajakan sebelumnya. Hanya saja kendalanya, ketika beras hitam tersebut dijual, masing-masing toko modern harus mengantongi izin edar terlebih dahulu.

Selain itu, adanya persyaratan administratif seperti mesin penggilingan padi yang harus memiliki standarisasi yang ditentukan.

“Kami tidak bisa penuhi itu, padahal kalau semangat petani untuk meningkatkan produksi ada. Tapi, serapannya rendah,” jelas Pande.

Selain itu, beras hitam produknya ini siap untuk di ekspor. Namun, lagi-lagi kelompok binaan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali ini terkendala pasar.

“Kalau pasar (ekspor) jelas, kami siap meningkatkan produksi,” katanya. Selain itu, dari kesiapan untuk bisa 100 persen organik masih belum bisa dipenuhi.

Saat ini, sistem tanam masih menggunakan bantuan bibit kimia dan organik. “Karena daerah kami kan daerah dekat pantai, jadi sulit mendapat pasokan air langsung dari mata air.

Selain itu sebagian besar petani di Subak Bengkel menggunakan pupuk kimia, ini bisa jadi ancaman untuk perkembangan beras hitam yang menggunakan organik,” beber Pande.

Harga gabah beras hitam di tingkat petani mencapai Rp 8000 per kilogram, sementara harga jual mencapai Rp 30 ribu per kilogram.

“Ini sangat menjanjikan kalau produksinya tinggi. Ini sangat mengangkat kesejahteraan petani,” imbuhnya

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago