Categories: Ekonomi

Harga Benang Naik, Perajin Tenun Endek Klungkung Makin Terhimpit

SEMARAPURA– Sejumlah persoalan dihadapi para perajin tenun endek Klungkung.

Selain minimnya sumber daya manusia (SDM) yang mulai meninggalkan sector ini, para penenun juga dihadapkan dengan naiknya harga benang dan produk tenun dari luar Bali.

Seperti diakui salah satuPemilik Pertenunan Astiti, I Nyoman Sudira.

Menurutnya pasokan benang sempat langka dari sejak akhir 2017 hingga akhir Mei 2018. Atas kondisi itu, pihaknya sempat tidak bisa memproduksi kain tenun baik endek maupun songket. “Biasanya tersendat itu dari Desember dan bulan Februari sudah lancar. Tahun ini sampai bulan Mei 2018. Katanya barangnya tidak bisa masuk ke pelabuhan,” katanya.

Akibat tersendatnya pasokan benang itu, tidak hanya membuat produksi kain tenun terhambat namun juga membuat harga benang mengalami peningkatan harga sangat drastis.

Jika sebelumnya harga benang import berkisar Rp 625 ribu per lima kilogram, kini harganya Rp 725 ribu per lima kilogram.

“Sekarang pasokannya sudah lancar tetapi harga benangnya tetap di harga tinggi. Mungkin kelangkaan kemarin hanya sebagai cara untuk menaikan harga benang,” ujarnya.

Meski harga benang melambung, ia mengaku tidak bisa meningkatkan harga kain tenun yang diproduksinya karena persaingan di industri ini cukup berat.

Adapun saingan terberat adalah kain tenun asal Jawa yang memasang harga jual cukup murah dengan kualitas kain yang sama.

“Yang membedakan di kualitas celupan. Kualitas celupan tenun di sini tingkat lunturnya lebih rendah. Mereka bisa jual lebih murah karena tempat produksinya dekat dengan bahan baku, selain itu harga jasa buruhnya jauh lebih murah,” terang Sudira.

Selain itu, kain tenun asal jawa dalam kegiatan produksinya menggunakan benang lokal yang harganya Rp 425 ribu per lima kilogram.

Melihat selisih harga yang cukup jauh dari benang import, pihaknya mengaku sudah mencoba membuat kain tenun dengan menggunakan benang lokal.

Sebab diungkapkannya, benang lokal memiliki ukuran volume cukup besar sehingga memang butuh uji coba kualitas yang dihasilkan.

“Kami baru coba untuk pewarnaannya dan hasilnya bagus.

Karena volumenya besar, benangnya tidak mudah putus.

Tinggal kami coba untuk ditenun.

Kalau bagus, tentunya kami akan menggunakan benang lokal ini untuk produksi kain tenun selanjutnya sehingga kami bisa bersaing dari segi harga,” tandasnya

 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago