Categories: Ekonomi

Bertahan Tiga Generasi, Kerajinan Bambu Produk Bangli Tembus Luar Bali

BANGLI – Kreativitas warga di Kabupaten Bangli untuk membuat kerajinan anyaman sudah cukup lama. Seperti membuat keben, dulang, bokor, gandeng dan lainnya.

Hingga kini, sejumlah masyarakat masih melakukan pekerjaan ini. Meski penghasilanya tak seperti dulu lagi. 
I Nengah Muderana, salah satu perajin kayu dan bambu yang berada di Jalan Nusantara, sebelah utara PLTS, Bangklet Kayang, Desa Kayubihi, Bangli saat ditemui Jawa Pos Radar Bali bercerita tentang usahanya tersebut.
Muderana mengaku menjadi perajin bambu sejak tahun 1990-an. Menariknya, usahanya ini sudah sampai tiga generasi. Dari Ibu Muderana, Muderana dan anaknya sendiri.

“Saya awalnya pematung. Namun penghasilannya kurang. Jadi buat tambahan, membuat usaha sampingan sama keluarga. Buat kerajinan dari bambu,” ujar Muderana, Rabu (1/5) siang.

Menggunakan bambu tali, keluarga Muderana melakukan proses pembuatan keperluan upacara untuk umat Hindu ini. 

“Tentu ada keahlian khusus membuat kerajinan ini. Kalau kami sudah dari kecil, jadi sudah terbiasa menganyam,” tuturnya.

Dalam sehari, satu anggota anggota keluarga dapat menghasilkan satu produk, seperti keben. Modalnya hanya bambu berukuran 12 meter dan cat pewarna. Satu bambu, dapat menghasilkan 3 keben. 

Untuk ciri khas produknya, Muderana menyebut hanya di kekuatan bambu lokal yang digunakan. Yakni lebih tebal dan kuat.

Sedangkan untuk motif, sama seperti di wilayah lainnya. Serta mengikuti trend yang berkembang. Bahkan, bila dipesan khusus, seperti penulisan nama dapat dilakukannya.

Lalu harganya bagaimana? “Relatif, sesuai dengan tingkat kesulitan. Namun, untuk keben biasa, saya menjualnya dengan harga empat puluh ribu,” jawabnya.

Saat ini, pembeli produk kerajinan dari Muderana hanya ditingkat lokal. Seperti di Gianyar, Karangasem dan Denpasar. Sesekali, pembelian dari luar Bali, seperti Jakarta.

Dalam sebulan, penghasilan dari penjualan produk kerajinan bisa mencapai Rp 5 juta. Namun hasil sekeluarga ini, tentu sedikit dengan kerjaan yang cukup rumit dan membutuhkan ketelitian.

Begitu juga dengan penjualannya. Ramenya disebutkan saat kebutuhan agama hindu meningkat. Seperti hari raya ataupun odalan.

“Kalau sekarang sudah lesu (penjualannya). Tapi lumayan buat tambahan beli beras,” pungkasnya. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago