Categories: Ekonomi

Over Produksi, Pasokan Daging Ayam dari Jawa Kian Banjiri Bali

DENPASAR – Permasalahan tata niaga ayam khususnya ayam broiler hingga saat ini masih mengalami masalah.

Kondisi tersebut terjadi lantaran regulasi antara pusat dengan daerah yang tumpang tindih sehingga menimbulkan kekacauan.

“Masing-masing pelaku kepentingan dalam lingkaran ini mengklaim bahwa SOP yang dijalankan benar, sementara SOP masing-masing dari mereka ini berbeda,” kata drh. Putra Astawa, Penasehat Pinsar Broiler Bali (PBB) kemarin.

Kata dia, kondisi tata niaga ayam broiler yang terjadi di Bali hingga saat ini berawal ketika Bali diserbu produk daging ayam dari pulau Jawa.

Membanjirnya daging ayam tersebut terjadi akibat over produksi daging ayam di daerah Jawa. “Kondisi ini membuat peternak di Bali tertekan, dan harga ayam juga rendah,” jelas Astawa.

Sedangkan lanjut dia, para peternak di Bali selama ini telah mampu menyediakan 200.000 ekor per hari. Dengan masuknya daging dari Jawa membuat ketersediaan ayam di Bali bertambah sehingga harga ayam menjadi rendah.

Sebelumnya, PBB, Karantina dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Provinsi Bali, Dinas Perijinan Provinsi Bali sempat bertemu membicarakan permasalahan ini.

Masing-masing menjelaskan tentang SOP dalam mengatur tata niaga ayam. “Mereka merasa benar karena SOP-nya berbeda- beda,” tuturnya.

Kata Astawa, titik permasalahan sebenarnya ada di tingkat pusat yaitu pada UU tentang Kesehatan Hewan dan juga UU Veteriner.

“Kalau UU Veteriner, mereka butuh surat kesehatan hewan dari daerah asal produk. Sedangkan izin masuk mestinya dikeluarkan Dinas Petenakan Provinsi.

Izin masuk ini mereka tidak butuhkan karena merasa diri sudah benar, UU menyebutkan sudah cukup dengan surat keterangan kesehatan hewan,” jelasnya.

Akibatnya produk ayam yang masuk diterima begitu saja. Sementara garda terdepan dalam pemasukan daging adalah kewenangan Karantina. “Jadi mereka bertahan di SOP-nya masing-masing,” tegasnya.

Pihaknya berharap dari kondisi ini ada ketegasan dari Pemerintah Provinsi, salah satunya dengan membentuk satgas gabungan.

“Jadi, supaya tidak tumpang tindih, dari Karantina memeriksa kesehatan hewannya, sedangkan dari dinas melihat perlunya produk

daging itu masuk. Kalau ketersediaan daging di Bali sudah cukup, kenapa kita harus memasukkan daging lagi,” tandasnya. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak
Tags: disnak bali

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago