Categories: Ekonomi

DLH Buleleng Kembangkan Budidaya Maggot BSF, Gandeng LP dan Distan

SINGARAJA – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Buleleng kembali mengembangkan teknologi pengolahan sampah organik.

Teknologi terbaru itu ialah budidaya maggot BSF. Budidaya belatung pengurai sampah organik ini menambah panjang teknologi pengelolaan sampah yang digunakan DLH Buleleng, selain pengolahan pupuk organik dan eco enzyme.

Budidaya maggot BSF itu dikembangkan di Buleleng Recycle Plaza (BRP) yang terletak di Desa Tukadmungga.

Hasil-hasil pengembangan teknologi pengelolaan sampah organik itu, nantinya akan diaplikasikan untuk bertani dan beternak.

Untuk tahap awal, pupuk, eco enzyme dan maggot akan digunakan di lahan milik Dinas Pertanian Buleleng. Kebetulan lahan itu dikelola Lapas Singaraja untuk proses asimilasi warga binaan.

Kini di atas lahan tersebut, telah dikembangkan beberapa tanaman. Seperti cabai, terong, serta jagung. Selain itu ikan nila dan bebek juga dikembangkan di sana.

Kepala DLH Buleleng Putu Ariadi Pribadi mengatakan, pupuk organik yang dihasilkan bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah.

Sementara eco enzyme dapat digunakan sebagai pestisida maupun insektisida. Sedangkan maggot BSF bisa dijadikan pakan ternak bebek dan ikan yang dipelihara di lahan tersebut.

“Tahap awal kami akan uji coba dulu. Kebetulan Distan ada lahan yang bisa digunakan. Apakah yang kami hasilkan lewat teknologi pengolahan sampah organik ini sudah layak dan bagus.

Kalau sudah sesuai mutu ini bisa dikembangkan lebih luas untuk pengembangan pakan organik. Rencananya minggu depan sudah kami mulai untuk aplikasi,” kata Ariadi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengungkapkan, sebagian lahan milik Dinas Pertanian itu kini dikelola Lapas Singaraja untuk proses asimilasi.

Sumiarta mengaku, kondisi tanah saat ini belum terlalu bagus, sehingga butuh perlakuan khusus dalam aplikasi pertanian.

“Karena ini tanah gambut, tentu harus ada teknologi khusus. Tadi juga sudah kami ukur, kadar PH-nya masih tinggi. Nah dengan aplikasi organik dari DLH, kami harap ini bisa meningkatkan kualitas lahan,” katanya.

Sementara itu, Kalapas Singaraja Mut Zaini mengungkapkan, sejak dua bulan terakhir kondisi lahan memang tak terpelihara dengan maksimal.

Saat ini pemeliharaan dilakukan bergantian oleh petugas lapas. Dulunya, lahan dikelola warga binaan di Lapas Singaraja. Namun sejak pandemi covid-19 terjadi, program asimilasi ditangguhkan untuk sementara waktu.

“Sebenarnya kalau nggak covid, pagi warga binaan kami antar ke sini. Kami awasi dia bertani, sorenya balik ke lapas lagi.

Tapi, karena pandemi ini jadi agak terkendala. Sekarang dengan ada kolaborasi dari DLH dan Pertanian, kami akan berupaya mengelola lahan ini lebih baik lagi,” ujar Zaini. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago