Categories: Kesehatan

Antisipasi Penyakit Gagal Ginjal Akut pada Anak, Dewan Minta Fasilitas Cuci Darah Ditambah

SINGARAJA– DPRD Buleleng meminta agar RSUD Buleleng mempertimbangkan penambahan alat cuci ginjal, khususnya alat cuci darah bagi anak-anak. Dewan memandang RSUD Buleleng sudah harus menyiapkan peralatan dan sumber daya manusia yang kompeten, sebab kasus tersebut cukup menonjol di Bali.

Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna mengungkapkan, pihaknya kini terus memantau perkembangan kasus gagal ginjal akut pada anak itu. Menurutnya kasus tersebut terbilang tinggi. Apalagi ada 17 orang anak yang terkena kasus tersebut, dan 11 orang di antaranya meninggal dunia.

“Kalau dilihat dari perbandingan, jumlah yang meninggal ini kan cukup tinggi. Jadi harus ada langkah-langkah strategis untuk menanggulangi penyakit ini,” katanya.

Supriatna meminta agar sumber daya Kesehatan di Buleleng segera mempelajari masalah tersebut. Ia tak mau bila nantinya pemerintah kecolongan dengan kasus tersebut. Kalau toh kasus gagal ginjal akut, dia meminta agar kasus dapat ditangani dengan komprehensif.

“Saya minta agar rumah sakit meningkatkan fasilitas, alat pendukung, dan SDM untuk menangani kasus ini. Alat cuci darah kita di rumah sakit memang banyak, tapi yang khusus untuk anak kan belum ada. Mudah-mudahan tahun 2023 bisa disiapkan,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha Sp.PD yang dihubungi terpisah mengatakan pengadaan alat cuci darah bagi anak sebenarnya belum efektif. Sebab kasus gagal ginjal akut pada anak sangat jarang. Tahun ini saja di Buleleng hanya ada seorang pasien anak yang menjalani cuci darah. Arya memastikan kasus itu tak terkait dengan kasus gagal ginjal akut.

Ia menilai hal tersebut belum efektif untuk pelayanan. “Karena kasusnya sangat jarang, saya rasa belum efektif. Saat ini kasus cuci darah pada anak yang kami tangani juga sebenarnya kasus lama,” ujar Arya.

Menurutnya pengadaan alat cuci darah bagi anak membutuhkan konsekuensi yang cukup besar. Selain menyiapkan alat, pihaknya juga harus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Mulai dari perawat ahli serta dokter spesialis anak dengan kompetensi konsultan ginjal. Kompetensi itu terbilang langka di Bali.

“Alat sebenarnya kan bisa dimodifikasi. Untuk yang remaja, bisa saja pakai sarana yang sudah ada untuk dewasa. Tapi kalau balita, ini memang harus alat khusus. Dokter yang menangani juga harus khusus. Jadi untuk saat ini kami memang demi efektivitas pelayanan, memang lebih baik dirujuk ke RS Prof. Ngoerah saja,” kata Arya. (eps)

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago