Lomba fragmentari di RTH Bung Karno. (Eka Prasetya)
Kabupaten Buleleng punya ikatan kuat dengan presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Peringatan Bulan Bung Karno pun jadi cerita tersendiri. Para siswa Sekolah Menengah Atas di Buleleng pun punya cara sendiri dalam merayakan bulan tersebut. Seperti apa?
Eka Prasetya, Buleleng
PANGGUNG terbuka Singa Ambara Raja di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Bung Karno, penuh sesak pada Senin (27/6) malam. Hari itu, sejumlah SMA di Buleleng bersiap tampil di atas panggung. Mereka hendak menampilkan fragmentari kisah Nyoman Rai Srimben. Mereka juga punya pilihan lain, yakni mengangkat kisah kepahlawanan.
Rai Srimben merupakan wanita kelahiran Kelurahan Paket Agung, Buleleng. Dia tak lain ibunda dari presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno. Ya, Soekarno lahir dari rahim seorang perempuan asal Bali, khususnya Kabupaten Buleleng.
Pada Senin malam, ada tiga sekolah yang naik panggung. Yakni SMAN 2 Banjar, SMAN 1 Sukasada, dan SMAN 3 Singaraja. Sementara pada Selasa (28/6) malam ada dua sekolah yang tampil, yakni SMAN 1 Singaraja dan SMAN 4 Singaraja.
Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng I Nyoman Wisandika mengungkapkan, pihaknya sengaja menggelar lomba fragmentari. Sehingga siswa bisa mengambil teladan dari kisah-kisah kepahlawanan. Termasuk dari kisah Nyoman Rai Srimben, wanita yang melahirkan proklamator Indonesia.
“Kami memberikan ruang yang sangat terbuka. Mereka bisa mengangkat kisah Nyoman Rai Srimben atau mengangkat kisah kepahlawanan. Semuanya dikemas dalam bentuk fragmentari untuk melestarikan seni dan budaya Bali,” kata Wisandika.
Menurut Wisandika ada banyak kisah yang dapat diangkat. Utamanya dari sosok Rai Srimben. Diantaranya kisah tentang toleransi, termasuk ketabahan serta kekuatan seorang wanita.
“Buleleng punya ikatan yang sangat kuat tentang semangat kepahlawanan. Apalagi ada dua orang pahlawan nasional di daerah ini. Yakni I Gusti Ketut Jelantik yang gugur pada perang puputan jagaraga, dan MR. I Gusti Ketut Pudja,” ungkapnya.
Sementara itu dalam pementasan Senin malam, SMAN 2 Banjar mengangkat semangat kepahlawanan dari Perang Banjar. Koordinator pementasan dari SMAN 2 Banjar, Gede Adi Setiawan mengungkapan, ini pertama kalinya sekolah mengikuti lomba fragmentari.
Pria yang akrab dipanggil Sentul ini mengungkapkan butuh waktu selama sebulan untuk menyiapkan diri dalam berbagai hal. Baik itu kesiapan siswa maupun sarana pendukung. Pihaknya pun berharap, acara seperti ini agar bisa dilakukan secara berkelanjutan dengan tetap berdasarkan tradisi kebudayaan Buleleng. “Itu harus tetap dilakukan dan dipertahankan,” ujarnya. (*)
Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…
Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…
kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.
Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024
Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…
Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…