Categories: Features

Urban Farming Bisa Redam Inflasi, Lahan yang Termanfaatkan di Denpasar Baru 2 Persen

Lahan pertanian di Kota Denpasar terus berkurang akibat beralih fungsi. Warga Denpasar didorong bertani dengan cara memanfaatkan lahan kosong untuk menghasilkan produk pertanian atau yang  biasa disebut urban farming.

Ni Kadek Novi Febriani/Maulana Sandijaya

DINAS Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Denpasar, Ida Bagus Mayun Suryawangsa menjelaskan Pemkot Denpasar menggencarkan dan mendorong program P2L (Pekarangan Pangan Lestari), serta pemanfaatan  pekarangan rumah dan lahan tidur untuk ditanam  sayur-sayuran. Jenis yang ditanam  sayur, cabai, dan rempah-rempah.

Di Denpasar sudah  ada 14 kelompok  di tambah dengan kelompok yang berasal dari Ibu-ibu PKK di desa dan kelurahan. “Kami melakuan pendampingan terkait dengan pemberdayaan masyarakat di bidang pangan,” ujar Gus Mayun.

Gus Mayun menjelaskan jumlah  luasan lahan pertanian nonbasah di Denpasar 500 hektare, sedangkan yang baru dimanfaatkan 1 -2  persen untuk kegiatan urban farming. Sementara jumlah penduduk Kota Denpasar sekitar  800 ribu jiwa. Dari jumlah tersebut, mestinya minimal 5 persen lahan termanfatkan untuk mewujudkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.

Masyarakat diimbau bisa menghasilkan produksi pertanian untuk mengurangi pengeluaran. Terlebih harga sembako yang mencekik. “Lahan  pekarangan sebagai lumbung pangan keluarga. Kami terus mendorong  agar masyarakat mau memanfaatkan lahannya untuk urban farming,” tukasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kota Denpasar, AA Gde  Bayu Brahmasta yang diwawancarai terpisah menjelaskan urban farming merupakan konsep melaksanakan mekanisasi pertanian dari hulu sampai hilir. Manfaatnya yakni menurunkan biaya produksi dan meningkatkan nilai tambah produk, serta pengembangan komoditas pertanian yang bernilai ekonomis tinggi.

Pemerintah terus berupaya mendorong warga menanam cabai dan bawang merah. Dua tanaman itu sering dibeli dan saat ini harganya meroket, sehingga menyumbang inflasi. “Jika semua kepala keluarga memanfaatkan perkarangan rumah atau lahan kosong untuk bertani, saya yakin bisa menekan inflasi,” tegasnya.

Lebih lanjut dijelaskan, bawang merah merupakan komoditi yang permintaannya cukup tinggi di pasaran. Sehingga seringkali menjadi pemicu inflasi sebuah daerah. “Urban farming bisa diupayakan di pekarangan-perkarangan. Bisa dengan pola tabulapot atau yang lain. Yang ini bisa menjadi penyedia pangan ditingkat keluarga,” tukasnya.(*)

 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago