Categories: Features

Kelor Jadi Komoditas Unggulan, Bisa Diolah Jadi Teh hingga Kue

Desa Lokapaksa selama ini dikenal dengan sentra penghasil ternak kerbau. Kini lembaga pemerintahan di desa setempat tengah melirik potensi baru. Yakni mengolah kelor jadi produk unggulan. Seperti apa?

Eka Prasetya, Buleleng

KELOR. Apa yang tertanam di benak anda saat membaca kata tersebut? Hal yang paling mudah diingat, tentu saja sayur kelor. Makanan tersebut identik dengan masakan khas masyarakat Bali, meski tak semua orang mengonsumsi makanan itu.

Di Desa Lokapaksa, Kecamatan Seririt, kelor tak hanya diolah menjadi sayur. Tapi diolah menjadi komoditas yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Hal itu diharapkan memberi dampak ekonomi bagi masyarakat setempat.

Tanaman kelor sebenarnya telah dikembangkan di desa tersebut sejak 2018 lalu. Saat itu lebih dari 600 batang bibit kelor ditanam di perkebunan serta halaman rumah warga. Proses penanaman itu dimotori Kelompok Tani Tri Hita Karana.

Seiring berjalannya waktu, tanaman-tanaman itu telah tumbuh besar. Biasanya daun kelor akan dijual ke warung-warung tradisional seharga Rp 3 ribu per ikat. Harga itu bisa naik menjadi Rp 5 ribu saat sampai di pasar tradisional.

Tak ingin sekadar jadi sayur mayur, kelompok tani setempat mengembangkan komoditas tersebut. Perbekel Lokapaksa Putu Dodik Tryana mengatakan, kelor-kelor itu diolah menjadi teh, tepung, hingga kue pia. Ternyata banyak masyarakat yang berminat dengan produk itu.

“Dari kelompok tani mengolah jadi teh dan tepung. Nah tepung itu jadi bahan dasar membuat kue, pengganti tepung beras. Akhirnya sekarang jadi komoditas unggulan. Kelompok tani menjual langsung lewat koperasi,” ungkap Dodik.

Dodik mengungkapkan tanaman kelor yang dihasilkan terbilang unggul. Sebab daun yang tumbuh cukup lebar. Selain itu jumlahnya cukup banyak. Ia memperkirakan luas areal tanam sekurang-kurangnya mencapai 6 hektare yang meliputi dua dusun. Yakni Banjar Dinas Bukit Sari dan Banjar Dinas Kembang Sari.

Lebih lanjut Dodik mengungkapkan, saat ini masih tersisa sebuah pekerjaan rumah dalam pengembangan komoditas tersebut. Yakni mengoptimalkan pemanfaatan buah kelor. Buah yang tumbuh biasanya memiliki panjang 30 centimeter. Tapi di Desa Lokapaksa, buah itu bisa tumbuh hingga satu meter.

“Potensinya ada dan besar. Kami sudah kerjasama dengan Undiksha, untuk pengembangan pasar dan produk. Supaya bisa muncul produk-produk lain yang lebih variatif,” ujarnya. (*)

 

 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago