Categories: Features

Ritual Sakral Gebuk Ende Seraya, Karangasem : Sarana Memohon Hujan itu Lestari hingga Kini

Di ujung timur Pulau Dewata, di Desa Adat Seraya, Karangasem, punya tradisi unik yang digelar setiap setahun sekali. Gebuk Ende dipercaya masyarakat sebagai sarana meminta hujan di musim kemarau.

ZULFIKA RAHMAN, Amlapura

MEREKA tampak sudah bersiap. Segala peranti pun disiagakan.  Tabuh dan gamelan terus dibunyikan sebelum gebuk ende dilakukan.

Cuaca yang cukup terik pada Jumat (14/10/2022), tak menyurutkan antusias masyarakat Desa Adat Seraya menyaksikan tradisi sakral yang digelar di Pura Puseh Desa Adat Seraya. Ende dan alat pemukul dari rotan pun telah disiapkan.

Akhirnya tepat sekitar pukul 14.30, tradisi gebuk ende digelar. Saat dimulai, teriakan penonton yang tumpah ruah itu tak kunjung henti. Mereka menyemangati satu sama lain yang bertarung. Gebuk ende sediri hanya menampilkan tiga kali.

Tradisi itu berlanjut dipentaskan di Lapangan Ki Kopang yang menjadi bagian dari Seraya Festival. “Kalau yang digelar di pura itu sakral. Tapi yang digelar di Lapangan Ki Kopang merupakan acara pertunjukan (biasa),” kata Kelian Desa Adat Seraya I Made Salin.

Made Salin mengungkapkan, gebuk ende sakral sendiri rutin digelar setiap tahun. Biasanya, digelar setelah Penyineban Usaba Kaja atau Usaba Kapat penanggalan Caka. “Melalui gebuk ende kami percaya bahwa ini sarana meminta turun hujan di saat kemarau,” tuturnya.

Seraya sendiri memiliki geografis wilayah kering. Terletak di pesisir pantai dengan ketinggian 400 meter dari permukaan laut. Sebagian besar masyarakatnya menggeluti pekerjaan petani dan nelayan.

Di saat kemarau, air di Desa tersebut cukup sulit. “Ketika tidak turun hujan ini mengancam keberlangsungan tanaman warga. Nah leluhur kami percaya, melalui kegiatan gebuk ende ini akan turun hujan. Apalagi kalau sampai keluar darah dari pemainnya,” imbuhnya.

Gebuk Ende sendiri merupakan kegiatan saling pukul dengan menggunakan rotan. Ende tersebut memiliki fungsi perisai diri dari ancaman lawan yang ingin memukul. Keduanya beradu taktik untuk bisa menghindar dan menyerang hingga mengenai  tubuh lawan. “Yang boleh dikenai hanya bagian pinggang ke atas,” tandasnya.

Gebuk ende sendiri menjadi rangkaian Seraya Festival yang digelar pertama kalinya antara tanggal 14 hingga 16 Oktober ini. Selain menampilkan tradisi endemik, ada juga pameran kerajinan dan UMKM.

 

Hari Puspita

Share
Published by
Hari Puspita

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago