Categories: Hiburan & Budaya

Kemdikbud Usul Permainan Tradisional Masuk Bahan Ajar Sekolah

DENPASAR –Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar sosialisasi konteks pengetahuan tradisional dan ekspresi budaya tradisional.

Acara tentang kebudayaan berbasis muatan lokal tersebut digelar di Prime Plaza Hotel Sanur, Rabu kemarin (28/3).

Melalui buku ini diharapkan permainan tradisional bisa diterapkan sebagai bahan ajaran di sekolah di masing-masing kabupaten/kota di Indonesia.

Buku yang mulai digarap 2017 lalu itu merupakan panduan untuk para SKPD di bidang kebudayaan di semua kabupaten dan provinsi melalui sekolah-sekolah.

Sampai saat ini, baru 13 provinsi yang sudah membuatnya, dan Bali masuk di dalamnya. “Buku ini dapat memperkaya bahan

ajar kebudayaan,” ujar Dewi Indrawati, Kasubit PTEBT, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi, Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud.

Selama ini, lanjut Dewi, yang diajarkan hanya bidang kesenian saja atau bahasa daerah. Padahal, nyatanya masih banyak potensi-potensi budaya lokal yang bisa diangkat sebagai materi pengajaran kebudayaan.

Hal tersebut juga tertuang di dalam Permendikbud Nomor 79 tahun 2014 mengenai muatan lokal. Dalam buku tersebut, berisi tentang unsur-unsur budaya lokal.

Sejatinya, buku ini hanya contoh dan diharapkan setiap kabupaten/kota bisa menggali potensi budaya lokalnya sendiri untuk diangkat sebagai materi.

Dalam waktu dekat ini, pihaknya berharap daerah melalui dinas pendidikan dan pemerintahan daerah kabupaten/kota dapat mengimplementasikan buku tersebut dan mengkreasi sendiri.

Bisa dalam bentuk buku teks sebagai bahan ajar ataupun diterapkan sebagai sistem pengejaran yang simulatif.

Seberapa penting buku ini diterapkan di semua provinsi? “Kalau kita sama-sama sadar, generasi muda kita sekarang ini sudah terbiasa dengan teknologi canggih.

Terutama yang paling dekat adalah penggunaan handphone. Sejatinya ini membentuk karakter individualistis,” terangnya.

“Padahal, yang namanya anak atau kita sebagai manusia harus bersifat sosial dan berinteraksi dengan sesama,” jelasnya.

Sementara itu, ketua tim penyusun buku tersebut, Prof. Dr. A.A Ngurah Anom Kumbara, MS menyatakan buku tersebut

hanya sebagai contoh ataupun stimulus untuk menuliskan kebudayaan yang ada di wilayah masing-masing.

Seperti cerita rakyat, permainan rakyat dan sebagainya. “Dalam buku ini terdapat nilai-nilai kebudayaan. Buku ini juga sebagai rangsangan saja,” ungkapnya. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago