Categories: Nasional

Waspada! Agama Rawan Ditunggangi Kepentingan Politik

RadarBali.com – Masalah agama rawan ditunggangi kepentingan politik. Topik inilah yang menjadi fokus seminar sehari bertajuk Peran Penyiaran dalam Menangkal Paham Anti Pancasila dan Membangun Optimisme Bangsa, Jumat (25/8) kemarin di Gedung DPD RI Renon, Denpasar. 

Untuk menjaga kerukunan antar umat beragama, media massa diminta lebih hati-hati dalam memberitakan masalah agama dan SARA, khususnya saat terjadi konflik.

Apalagi, masalah seperti itu rawan ditunggangi kepentingan politik. “Politisi kita banyak yang belum menjadi negarawan. Banyak yang menghalalkan segara cara,” kata Koordinator Nasional Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Ida Palingsir Agung Putra Sukahet. 

Sukahet menegaskan, media massa kini menjadi tumpuan dalam menjaga persatuan bangsa. Sebab, euforia demokrasi dan Hak Asasi Manusia membuat peran  pemerintah terlihat lemah.

“Kalau media lalai, isu SARA akan gampang digunakan untuk memecah belah,” ujarnya. Dia mencontohkan pemberitaan mengenai kasus pembakaran tempat ibadah di suatu daerah misalnya, bisa menimbulkan gejolak di daerah lain.

Padahal bisa jadi kasusnya, bukan semata-mata  masalah agama. Bila hal itu sudah menyebar, akan sangat sulit dan mahal harganya untuk melakukan pemulihan.

FKUB sendiri sudah menyepakati, dalam penanganan masalah SARA akan menghindari komentar atau penyampaian informasi yang justru memperkeruh persoalan selama masalahnya belum benar-benar dituntaskan.

Pengurus FKUB juga dilarang mengungkit persoalan yang sudah selesai. Sementara itu Ketua Komisi Penyiaran Bali Made Sunarsa menegaskan, lembaga penyiaran terikat pada ketentuan untuk menjaga Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, UUD 1945 dan NKRI.

“Kalau ada yang menyimpang tentu bisa dikenai sanksi,” ujarnya. Dalam hal ini, pihaknya terus melakukan pengawasan dan pencegahan mulai dari proses pemberian ijin pendirian lembaga penyiaran.

Pengamat Media dari Fisip Universitas Udayana, Made Ras Amanda Gelgel menyebut, peran media itu terutama untuk mengimbangi penyebaran hoax yang kini merajalela di media sosial.

“Apalagi sudah terungkap hoax yang mengadu domba itu justru menjadi industri yang menguntungkan,” katanya.

Dari penelitian yang dilakukannya,  tingkat kepercayaan publik di Bali terhadap pemberitaan media masih cukup tinggi dimana media televisi menduduki peringkat pertama, disusul media cetak, online, dan baru kemudian media sosial.

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago