Categories: Nasional

Begini Proses Kasepekang Sanjiharta Karena Berbeda Pilihan Politik

DENPASAR – Ketut Gede Sanjiharta asal Banjar Panca Dharma, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, akhirnya mengadukan aksi kasepekang yang dialaminya ke Bawaslu Bali.

Pilihan ini dia ambil karena merasa stress, tertekan, dan terintimidasi. Bagaimana awal mula Sanjiharta di kasepekang karena beda pilihan politik?

Ia mengisahkan, pemanggilan terhadap dirinya dilakukan pada awal Februari lalu. Waktu itu pemanggilan terhadap warga dilakukan berupa pemukulan kulkul (kentungan).

Saat warga sudah berkumpul di Bale Banjar, maka datanglah korban Sanjiharta. Awalnya, informasi yang diterimanya adalah rapat soal akan diturunkan bantuan hibah dari Pemkab Badung yang difasilitasi oleh anggota DPRD Badung.

Namun, tanpa diketahui dirinya, agenda rapat berubah yakni membahas gambar Paslon Nomor 2 yang dishare melalui akun facebook miliknya.

“Di forum rapat itu, malah forum mengonfirmasi soal gambar paslon di facebook. Saat itu saya diminta menjelaskan gambar itu. 

Saya jujur bahwa itu akun saya dan saya yang share gambar Mantra-Kerta. Lalu Kelian Banjar menjelaskan, jika saya sudah tanda tangan surat pernyataan untuk mendukung pasangan calon

I Wayang Koster-Tjokorda Oka Arta Ardana Sukawati (Koster-Ace). Forum juga menvonis saya bahwa gara-gara gambar itu, beberapa bantuan Bansos dibatalkan,” ujarnya.

Rapat itu memutuskan beberapa hal antara lain, Sanjiharta diminta untuk tidak memilih Paslon Mantra-Kerta, dilarang berkampanye soal Mantra-Kerta, dilarang mempengaruhi warga Banjar untuk memilih Mantra-Kerta.

Kemudian pada tanggal 28 Februari malam hari, sekitar pukul 20.00 Wita, sanksi adat itu akhirnya diputuskan.

Bahwa warga Banjar Panca Dharma, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi atas nama Ketut Gede Sanjiharta kasepekang atau dikeluarkan dari banjar secara adat.

“Saya berpikir bahwa tidak gampang mengucilkan saya dari banjar saya, dengan kasus yang hanya urusan politik. Sanksi adat itu harus ada kasus berat secara adat.

Ini kan hanya soal pilihan politik saya,” ujarnya. Bahkan, ada warga yang mengajurkan agar dirinya bersama keluarganya segera pindah ke BTN, dan tidak perlu tinggal di banjarnya.

Kuasa Hukum Sanjiharta, Togar Situmorang mengatakan, saat ini kliennya sudah pada taraf stress secara psikologis. Seluruh keluarganya tertekan secara mental karena dikucilkan dari masyarakat.

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago