Categories: Nasional

Stigma PKI untuk Tebar Ketakutan, Kriminalisasi Aktivis Meningkat

Banyaknya kasus kriminalisasi terhadap para pejuang lingkungan, membuat banyak pihak memberikan simpati.

Greenpeace dan Taman Baca Kesiman pun kemudian menanggapinya dengan membuat diskusi  bertajuk Kriminalisasi Ditengah Ancaman Krisis Ekologi.

 

WAYAN WIDYANTARA, Denpasar

DISKUSI itu menghadirkan dua narasumber yang juga aktivis lingkungan, yakni Roy Muryadho selaku Koordinator FNKSDA

(Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam), dan Wayan Gendo Suardana selaku Koordinator umum ForBALI.

Sementara bertindak sebagai moderator adalah aktivis kawakan Bali, Roberto Hutabarat. Di depan audiens, Gendo memulai diskusi dengan menyisir kasus Budi Pego, aktivis ForBanyuwangi yang menolak tambang emas di Tumpang Pitu.

Kini, Budi Pego sedang dikriminalisasi dengan tuduhan penyebaran ajaran Marxism dan Leninism. Padahal, Budi Pego adalah seorang petani buah naga yang tak tahu menahu persoalan itu.

“Budi Pego ini salah satu contoh. Banyak sekali Budi Pego yang lain dan dihantui persoalan yang sama. Sering sekali menggunakan isu komunis untuk meredam perlawanan rakyat,” kata Gendo.

Hal yang sama atau penggunaan isu komunis juga terjadi di tahun 1999 untuk membubarkan gerakan mahasiswa.

“Artinya diluar hukum pidana, isu komunis memang digunakan untuk membangun antipati masyarakat disekitar.

Karena menimbulkan ketakutan penduduk sekitar. Ini efektif digunakan untuk melemahkan gerakan,” terangnya.
“Almarhum Munir pernah mengatakan, yang paling gampang adalah menyebarkan ketakutan. Itulah yang sedang dilakukan (tuduhan komunis),” sambungnya.

Terlebih, sejumlah pasal karet untuk menjerat para aktivis pun masih ada dan kerap digunakan aparat penegak hokum.

“Kalau sudah di tarik pidana, akan membuat capek gerakan. Ketika capek mendampingi, advokasi akan melemah dan kehilangan fokus.

Untuk itu, saran saya, dalam kasus Budi Pego, jadikan dia martir untuk memperluas gerakan,” jelasnya.
Sementara itu, Gus Roy mengatakan, stigma komunisme muncul karena selama ini pemerintahan Orde Baru sukses menebar ketakutan kepada warga.

“Selama 32 tahun stigma tentang berbahayanya komunisme oleh pemerintahan Orde Baru dibentuk secara sistematis. Dan, isu itu masih dilakukan sampai sekarang,” jelasnya.

Selain itu, maraknya persoalan kriminalisasi itu terjadi karena adanya perlawanan rakyat yang tumbuh.

Untuk melawan kriminalisasi terhadap pejuang lingkungan tersebut, perlu dilakukan gerakan progresif juga. “Maka perlu dilakukan gerakan yang progresif untuk menghadapi ini,” pungkasnya.

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago