Categories: Nasional

Untung Ada Komentar

Menulis DI’s Way tiap hari? Tidak pernah absen? Selama setahun? Ternyata hal seperti itu tidak perlu membuat heran.

“Saya kan juga membaca DI’s Way tiap hari. Tidak pernah absen,” tulis salah satu komentator.

Saya bisa merasakan selera humor penulis komentar itu. Buktinya saya tersenyum saat membacanya.

Ternyata banyak komentar yang seperti itu. Saya memang membaca semua komentar. Yang muncul di DI’s Way. Kadang ingin mengomentari komentar itu. Tapi saya takut terbawa arus.

Ya sudah. Saya tidak akan lagi membanggakan bisa tiap hari menulis DI’s Way. Saya ganti justru bangga pada Anda: kok mau-maunya baca DI’s Way. Tiap hari. Tanpa absen.

Jadwal saya membaca komentar biasanya tengah hari. Nunggu banyak dulu. Agar cukup sekali buka.

Sesekali saya melakukan tes: jam 5 pagi lihat DI’s Way. Ups…sudah ada juga yang berkomentar. Mungkin masih sambil meluk guling. Rasanya mau saya datangi kamarnya: ngapain sepagi itu sudah baca DI’s Way.

Banyak juga pembaca yang melakukan koreksi. Kalau ada yang salah. Misalnya negara-negara yang memboikot Qatar. Hanya empat negara: Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir.

Ohh… itulah rupanya. Di semi final Piala Asia lalu Qatar mencetak empat gol. Sebenarnya tidak semua gol itu dimaksudkan untuk gawang Uni Emirat Arab. Melainkan satu gol untuk tiap negara yang memboikotnya.

Rumor itu begitu meluasnya di negara-negara Teluk. Yang semua gila bola. Sampai tujuan Piala Asia ‘untuk persatuan’ itu justru kian retak.

Husnun Juraid juga sering melakukan koreksi. Khusus soal kesalahan bahasa. Misalnya kalau saya menuliskan kata ‘hutang’. Selalu saja orang Malang itu membetulkannya. Mestinya utang. ‘Utang budi dibawa mati’. Bukalah kamus besar bahasa Indonesia. Yang benar adalah ‘utang’.

Kadang saya menyalahkan HP baru saya. Ketika saya menulis kata ‘berutang’ di HP, kata itu otomatis diubah menjadi ‘berhutang’. Rupanya HP saya belum pernah belajar kamus besar bahasa Indonesia.
Cukup banyak pembaca yang memberikan koreksi. Biasanya Mas Joko Intarto langsung memperbaikinya. Itulah enaknya online. Bisa langsung koreksi saat itu juga. Beda dengan di koran. Yang sudah tercetak tidak bisa dikoreksi.

Tapi soal DI’s Way terbit tiap pagi hari, rasanya akan saya pertahankan. Saya setuju: ini masih terbawa budaya cetak. Harus terbit pagi. Belum budaya digital. Yang bisa menulis kapan saja dan terbit saat itu juga.

Tapi saya punya pertimbangan lain: ingin mendisiplinkan diri. Kadang orang harus ‘dipaksa’ untuk konsisten. Saya sengaja mengikatkan diri dengan komitmen itu. Saya yakin ini: orang yang biasa terikat dengan komitmen akan memperoleh kepercayaan.

Padahal kepercayaan adalah modal utama hidup. Bukan uang.

Mungkin saja saya terlalu khawatir. Kalau saya boleh nulis kapan saja dan terbit kapan saja hasilnya bisa tidak menulis sama sekali. Merasa tidak terikat komitmen. Dan itu memang enak. Nyaman. Tidak ada pressure. Tidak stres. Tapi lantas untuk apa hidup?

Saya masih belum bisa menemukan cara baru mengikatkan diri pada komitmen. Mungkin saja beda orang beda cara. Beda generasi beda perilaku.

Buktinya sering saya alami. Setahun ini. Pikiran suntuk. Tidak mood. Tidak ada ide. Atau banyak ide tapi tidak bisa ditulis. Banyak masalah. Banyak pekerjaan. Saya bisa pastikan tidak akan bisa menulis kalau tidak terikat komitmen itu.

Tapi begitu dekat deadline beda. Hati langsung memerintahkan saya harus mulai menulis. Maka jadilah tulisan itu.

Kadang saya harus buka DI’s Way edisi-edisi sebelumnya. Untuk membaca ulang komentar-komentar. Dari situ biasanya muncul semangat untuk menulis. Pembaca begitu hidup di benak saya. Mereka menunggu DI’s Way besok pagi. Ayo. Nulis.

Maka jadilah tulisan itu.

Selalu begitu. Sampai hari ini.

Entah sampai kapan. (dahlan iskan)

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago