Categories: Nasional

Jalan Pulang

Waktu berangkat dulu dia sudah lulus tes kesehatan. Dua kali musim dingin pun dia berhasil mengatasi. Kuliahnya pun kini hampir selesai. Tapi tiba-tiba Yako mengeluh badannya lemas. 

Adhe, Azroy dan Darnah membawanya ke rumah sakit. Diantar pula oleh wali kelasnya:  yang di sana disebut ban zhu ren (班主任). 

Adhe dan Darnah memang teman sekamar Yako. Satu kelas pula. Sama-sama mengambil jurusan bisnis internasional. Di 江苏农牧职业技术学院. Di  kota Nanjing.

Sejak SMA Yako ingin sekolah di luar negeri. Yang tidak memerlukan biaya. Ia berusaha belajar keras. Agar pandai. Agar bisa mendapat bea siswa.

Yako menemukan ITCC. Yayasan kerjasama Indonesia-Tiongkok. Sembilan universitas di sana memberikan beasiswa lewat ITCC Surabaya. Yang dipimpin Lily Yoshica, eh, dan saya itu. 

Yako memilih yang beasiswanya komplit: gratis uang kuliah dan gratis tempat tinggal. Dia tinggal memikirkan makan. Pamannya yang di Nunukan bisa membantu. Kalau hanya untuk makan. 

Yako ingin benar bisa  mengubah nasib keluarganya: ayahnya buruh kebun kelapa sawit. Menjadi TKI di Sabah. Anaknya enam orang. Yako yang tertua. Sang ayah, asli NTT. Sakit-sakitan pula. Ibunya di rumah saja. Mengurus lima adik Yako. 

Yako maju pesat di perkuliahan. Dalam mata pelajaran bahasa Mandarin ia juara kelas. Memang di kelas itu semua mahasiswanya asal Indonesia. 

Setelah setahun di Tiongkok teman-temannya kaget. Bukan soal prestasinya itu. Tapi tiba-tiba saja Yako berjilbab. Dua teman sekamarnya memang berjilbab.

Adhe dan Darnah itu. Lengkapnya: Adhe Syawildayatul. Nama Mandarinnya: Zhen Ai Ling (陈爱玲). Satunya lagi Darnah binti Lajume. Nama mandarinnya: Wang Yen (王艳).

Tidak ada yang mempengaruhi Yako. Baik Zhen Ai Ling maupun Wang Yen tidak pernah minta Yako ikut berjilbab. “Dia bilang hatinya sendiri yang bergerak,” ujar Ai Ling menirukan ucapan Yako.

Nama lengkap Yako adalah Yakomina. Nama mandarinnya Ke Mei Na (柯美娜). 

Justru saat kuliah di Tiongkok Yako memutuskan mulai berjilbab.

Tapi agak mengherankan kalau Yako terkena TBC. Musim dingin di sana udaranya kering. Jangan-jangan Yako tidak memiliki cukup gizi. Untuk belajar kerasnya itu. 

Apakah Yako kurang memperhatikan makanan?

“Sejak tahun lalu Yako memang tidak mendapat kiriman uang,” ujar Azroy, teman Yako asal Sebatik. Satu pulau yang separo milik Indonesia, separonya lagi Malaysia. Azroy sendiri mendapat nama Mandarin Wang Lei Qi (王雷旗). 

Setahun terakhir Yako sangat berhemat. Kadang teman-temannya sampai urunan. Kalau Yako sudah tidak punya uang untuk makan. Tapi teman-temannya itu juga bukan orang mampu. Hanya bisa memberi uang sekedarnya. Agar Yako bisa makan.

Enam bulan lalu Yako tidak kuat lagi. Minta dibantu bagaimana bisa pulang. Ia merasa sudah membebani teman-temannya. Asuransi dari kampusnya juga sudah habis. Terpakai untuk pengobatan.

Azroy pun harus menggalang dana. Mencarikan uang untuk membeli tiket. Sekaligus mengantarkan Yako pulang.

Pulang ke mana?

Orang tuanya kan kerja jadi buruh kebun di Sabah? Akhirnya Yako diantar ke Sabah. Di sana masuk rumah sakit. Lalu istirahat sebulan.

Setelah merasa sehat Yako kembali ke Nanjing. Dia begitu ingin meraih ijazah. Agar bisa bekerja di perusahaan asing di Indonesia. Toh kuliahnya tinggal empat bulan lagi.

Dua bulan kemudian Yako sakit lagi. Hanya sempat tambah kuliah dua bulan. Terpaksa masuk rumah sakit lagi. Teman-temannya urunan lagi. 

Pihak universitas akhirnya memutuskan. Yako boleh pulang. Tidak harus membuat skripsi. Dia bisa dinyatakan lulus. Dan berhak mendapat ijazah. Itu karena prestasi akademiknya yang menonjol. 

Mestinya Yako gembira. 

Tapi tidak.

Sampai tadi malam Yako masih terbaring di rumah sakit. Dengan tagihan yang belum tahu akan dibayar dengan apa. Ia juga belum bisa mikir dari mana bisa membeli tiket pulang.

Kondisi teman-teman Yako  juga tidak lebih baik. Orang tua Azroy misalnya. Juga buruh kebun sawit di Sabah. Yang sejak Azroy kuliah di Nanjing sang ayah menganggur. Harus kembali ke Sebatik. Menjaga adik-adik Azroy. Yang dulu menjadi tugas Azroy.

Ayah Zhen Ai Ling juga buruh di perkebunan. Yang upahnya UMK itu. 

Di tengah serba sulit itu mereka akan lulus bulan depan. Lulus semua. Sudah pula ada titik terang. Banyak perusahaan di Indonesia yang ingin merekrut mereka. 

Berarti Yako harus pulang dulu. Kalau bisa pulang. Kalau ada jalan.(Dahlan Iskan)

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago