Categories: Nasional

Berawal untuk Diri Sendiri, Peluang Bisnis Terbuka Setelah Sayur Laku

Masyarakat Klungkung tampak kian kreatif dan mandiri sejak adanya pandemic Covid-19.Tidak sedikit masyarakat Klungkung yang akhirnya berupaya memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Seperti apa?

 

 

DEWA AYU PITRI ARISANTI, Semarapura

KIAN banyak masyarakat Klungkung yang menanam sayur-sayuran dan bumbu dapur memanfaatkan pengarangan rumah yang ada.

Bahkan ada yang akhirnya mendapat peluang bisnis baru di tengah pendemi. Seperti yang terjadi pada I Gede Setiawan, asal Desa Banjarangkan, Kecamatan Banjarangkan.

Sejak pandemi Covid-19, Setiawan mengaku perekonomiannya cukup terkena dampak. Sebab pekerjaan sampingannya, yakni fotografer nihil proyek.

Ia pun harus pintar-pintar mengatur keuangannya agar bisa tetap bertahan di tengah kondisi yang dirasakan seluruh dunia itu.

Sehingga sejak bulan Maret 2020 lalu, dia mulai memanfaatkan ruang yang ada di rumahnya untuk menanam sayur-sayuran. “Awalnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga sendiri,” terangnya.

Mengingat akan dikonsumsi secara pribadi, dia mengaku tidak menggunakan zat kimia terhadap sayur-sayuran yang dia tanam.

Bermodal nekat, dia yang awam masalah pertanian organik pun belajar seluk-beluk pertanian organik memanfaatkan internet dan buku yang ada.

“Sambil berjalan, saya terus belajar. Sayur-sayuran yang saya tanam mulai dari bayam, pakcoy (sawi sendok), selada dan kangkung,” bebernya.

Lantaran hasil panen yang cukup melimpah, sayur-sayuran yang berhasil ia tanam tidak habis untuk dikonsumsi sendiri.

Sehingga akhirnya ia titip untuk dijual di warung milik sang ibu. Lantaran sayuran yang dikembangkan adalah sayuran organik, ia pun menawarkan harga lebih tinggi dari harga sayur non organik.

“Kalau biasanya harga sayuran non organik Rp 4 ribu per kg. Saya juga sayuran organik, Rp 4 ribu per 250 gram,” ungkapnya.

Meski harga yang ia tawarkan cukup tinggi, menurutnya, sayur organik yang ia titip di warung sang ibu laku keras.

Setiap panen, ia berhasil mengumpulkan omzet sekitar Rp 100 ribu. Menurutnya, omzet sebesar itu sudah cukup lumayan menambah penghasilan di tengah dampak pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Apalagi dia tidak perlu lagi mengeluarkan biaya membeli sayur untuk kebutuhan sehari-hari. “Awal-awalnya agak susah karena harganya lumayan mahal.

Setelah gencar promosi kalau sayuran yang saya jual adalah sayuran organik, mulai banyak yang tertarik membeli. Pemasarannya selain di warung ibu, juga secara online,” tandasnya. (*)

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago