Categories: Politika

Lilik: Karir Politik dan Jadi Ibu Harus Selaras

BULELENG, Radar Bali– Bali kental dengan budaya patriarki yang memandang laki-laki memiliki kedudukan istimewa dibanding perempuan. Sebagai ibu dari 4 anak, Ni Made Lilik Nurmiasih menyadari kondisi tersebut. Anggota Komisi III DPRD Buleleng ini menyadari wanita Bali, khususnya yang beragama Hindu diikat oleh segudang kewajiban adat di luar tugas sebagai ibu rumah tangga. Meski demikian, berkat negosiasi dari hati ke hati dengan sang suami, Made Lestara Widiatmika yang kini mengemban tugas sebagai Direktur Kredit Bank BPD Bali, karier politik Lilik kian moncer.

Selain duduk di Dewan Buleleng, Lilik juga dipercaya mengisi posisi Wakil Bendahara DPC PDIP Buleleng yang diketuai Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana. Ditanyai apakah kini posisi wanita sudah benar-benar setara dengan laki-laki atau masih sekadar wacana, Lilik menjawab santun. “Menurut saya sudah. Contohnya saya. Perempuan bisa kok menjadi anggota dewan. Artinya sudah setara dengan laki-laki. Atas hal ini kita harus hormat pada perjuangan Raden Ajeng Kartini sehingga perempuan bisa berkiprah seperti sekarang,” ucapnya, Kamis (22/4) siang.

Menyikapi sistem adat Bali yang patriarki dan menempatkan laki-laki sebagai pihak yang relatif lebih diuntungkan dibanding wanita, Lilik menyebut dialektika alias kompromi dibutuhkan dalam sebuah keluarga. Di satu sisi adat harus dilestarikan dan di sisi lain perempuan mendapat kesempatan menuntut ilmu setinggi-tingginya sebagai bekal kelak hidup bersama keluarga pihak pria.

“Dibutuhkan kedewasaan untuk itu. Saya yakin seyakin-yakinnya tidak ada lagi perempuan Bali yang dilarang bersekolah. Nah, di sini penting bagaimana sebuah keluarga dibangun dengan kesadaran tinggi. Pendidikan seks sejak dini tak boleh dipandang tabu lagi. Melainkan harus dilihat sebagai upaya menyelamatkan si anak agar tidak terjerumus seks bebas yang berakhir pernikahan dini dan rapuhnya pondasi rumah tangga,” tegasnya.

 

Sebagai wanita karier, Lilik tetap menyadari kodrat seorang perempuan Bali. Kodrat tersebut tegasnya harus dilakoni dengan bijaksana. “Menurut saya tdak ada masalah karena umumnya perempuan Bali sifatnya Tut Wuri Handayani. Jadi bikin banten (sarana persembahyangan), majejaitan harus bisa, menyama braya lancar, jadi ibu rumah tangga, serta karier politik berjalan,” tandasnya. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago