Categories: Travelling

Terdampak Erupsi Gunung Agung, Kunjungan ke Puri Ubud Merosot Tajam

UBUD – Jalanan di kawasan wisata Ubud beberapa hari terakhir tampak lengang tidak seperti biasanya.

Pemandangan dari jalur Monkey Forest ke Puri Ubud yang biasanya padat merayap, kemarin tidak terlihat. Begitu pula dengan puri Ubud yang merupakan jantung Ubud, kunjungan turun drastis.

Salah satu petugas jaga di Puri Ubud, Pak Eka, mengakui ada penurunan jumlah kunjungan wisata ke Ubud.

“Sejak bandara ditutup, turis tidak ada yang datang ke sini,” ujar pria asal Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, kemarin. Dia menjelaskan, setelah bandara dibuka kembali, turis bukannya kembali ke Bali.

“Dikira akan terus meletus, padahal sekarang gunung sudah normal,” ujarnya. Saat berjaga kemarin di office puri, atau di areal luar puri, dia hanya melihat segelintir turis.

“Dari pagi sampai siang ini, saya cuma lihat sekitar 10 orang saja. Sepertinya di bawah 20 orang ini yang masuk,” ujarnya.

Biasanya, jika siang hari, apalagi menjelang tahun baru, gelombang turis menuju puri sangat padat. Halaman luar puri biasanya sudah penuh dengan turis.

“Biasanya musim ini, turis dari Tiongkok datang kemari. Tapi sekarang nyaris tidak ada bus masuk Ubud,” jelasnya.

Sebagai petugas di puri, dia sendiri tidak bisa menghitung jumlah kunjungan turis. Itu karena masuk puri tidak dikenakan karcis.

“Bahkan di sini tidak ada sumbangan,” ujarnya. Jadi jumlah yang bisa dilihat hanya kasat mata dan hitungan kasar saja.

Walau masuk puri gratis, namun turis tidak bisa sembarangan ketika berada di areal puri. “Sudah ada papan larangan, tidak boleh naik dan sebagainya. Masuk boleh tapi ada batasannya,” jelasnya.

Diakui, kunjungan ke puri merupakan barometer geliat turis di kawasan wisata Ubud. “Karena turis baru datang ke puri dulu. Baru keliling, ada ke museum, monkey forest atau mencari makan siang,” jelasnya.

Dengan turunnya turis ke puri, menandakan kunjungan ke destinasi lain juga kendor. Eka menjelaskan, setiap malam di wantilan Puri Ubud

ada pertunjukan tarian yang biasa ditonton sebanyak 200-an tamu dengan tiket Rp 100 ribu per orang. “Tadi malam hanya 30-an orang yang menonton,” tukasnya.

Turunnya tingkat kunjungan turis ke Ubud juga tampak pada lengangnya rumah makan yang ada di sepanjang jalanan Ubud.

Manager Bebek Tepi Sawah, Iwan, merasakan dampak tersebut. “Dampaknya terasa sekali, ada penurunan signifikan,” jelasnya.

Yang lebih parah, Iwan mengaku ada beberapa restoran di Ubud sudah mulai melangsungkan rotasi karyawan.

“Jadi ada restoran yang karyawannya masuk gantian, karena tidak ada tamu,” tandasnya. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago