Categories: Bali

Cap Go Meh, Cara Warga Tionghoa Warga Buang Sial

SINGARAJA – Ratusan warga keturunan Tionghoa berbondong-bondong mendatangi Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Seng Hong Bio.

Mereka melakukan sembahyang Cap Go Meh, yang jatuh kemarin (19/2). Selain itu, sejumlah warga keturunan juga melakukan tradisi cisuak untuk mencegah sial selama setahun kedepan.

Pada tahun baru Imlek 2970 ini ada tiga shio yang diyakini mengalami kesialan atau ciong. Ketiga shio itu adalah shio ular, babi, dan kerbau.

Sebagian besar warga keturunan yang memiliki shio tersebut, melakukan tradisi cisuak guna mencegah hal buruk terjadi.

Prosesi cisuak sejak pukul 09.00 pagi kemarin. Awalnya rohaniawan-rohaniawan di TITD Ling Gwan Kiong serta TITD Seng Hong Bio melakukan persembahyangan.

Mereka mengenakan jubah berwarna kuning dan sembahyang menghadap ke utara. Setelah melakukan persembahyangan, para rohaniawan kemudian membasuh tubuh menggunakan air suci.

Proses pembasuhan tubuh itu mirip dengan umat Hindu yang diperciki tirta. Baru setelah itu mereka memotong rambut dan rambut itu disimpan dalam angpao.

Selanjutnya mereka melempar sejumlah kacang ke udara. Ada pula yang melepas burung sebagai simbol membuang hal buruk.

Setelah para rohaniawan, baru giliran warga keturunan yang melakukan persembahyangan. Persembahyangan dilakukan secara bergelombang dan dipimpin rohaniawan dengan menggunakan bahasa mandarin.

Setelah persembahyangan mereka pun memotong rambut dan melempar kacang, serupa seperti yang dilakukan para rohaniawan sebelumnya.

Prosesi itu diyakini bisa menangkal energi negatif yang timbul. Rohaniawan TITD Seng Hong Bio Hartono Herlim mengatakan, masyarakat Tionghoa percaya dengan shio yang diyakini memengaruhi peruntungan dan kesialan tiap pergantian tahun imlek.

Ritual cisuak pun merupakan momen pembersihan diri bagi para umat. “Umat bersembahyang untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk pada tahun monyet ini. Setiap tahun selalu ramai yang mengikuti sembahyang ini,” jelasnya.

Lebih lanjut dijelaskan, selama cisuak banyak umat yang melepas burung. Umat meyakini melepas burung semacam refleksi memohon pengampunan dosa.

Dengan melepas bebas makhluk hidup, umat merasa bisa memberikan pertolongan pada ciptaan Tuhan.

Sementara untuk kebiasaan memotong rambut, diyakini untuk memotong kesialan pada tahun sebelumnya.

“Misalnya mereka sebelumnya sial, potong rambut itu semacam simbolis membersihkan kesialan setahun belakangan, dan agar terhindar dari kesialan kedepannya,” tandas Hartono. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak
Tags: cap go meh

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago