Categories: Bali

Aktivitas Rafting Sepi, Pengusaha Pangkas Tenaga Kerja

AMLAPURA – Pandemi covid-19 yang masih berlangsung membuat dunia pariwisata di Karangasem tiarap tanpa kejelasan. Kondisi ini membuat pengusaha harus memangkas tenaga kerja untuk mengurangi beban biaya operasional.

 

Salah satu obyek wisata yang terdampak yakni wisata air arum jeram (rafting) di Telaga Waja, Kecamatan Rendang. Pengusaha dengan terpaksa merumahkan tenaga kerjanya lantaran aktivitas arum jeram yang kini sepi peminat.

Salah seorang, pengusaha rafting, Bali Mitra Wahana (BMW) I Made Agus Kertiana, mengungkapkan, pihaknya dengan sangat terpaksa harus mengurangi tenaga kerjanya untuk menekan pengeluaran biaya operasional.

 

Pengurangan tenaga kerja ini sudah dilakukan sejak beberapa bulan lalu akibat dampak menurunya jumlah kunjungan wisatawan yang berekreasi arum jeram di alur sungai Telaga Waja.

 

“Sekarang tenaga kerja masih sekitar 15 orang, itupun mereka kerja kalau ada bokingan wisatawan untuk melakukan arum jeram,” ujarnya Kamis (29/4).


Agus Kertiana menuturkan, sebelum pandemi berlangsung, BMW memperkerjakan tenaga kerja hampir 200 orang. Mereka, sebagian besar merupakan tenaga kerja lokal asal seputaran kecamatan Rendang.

 

Namun, karena kondisi tidak memungkinkan mempertahankan tenaga kerja, perusahan terpaksa mengambil keputusan dengan mengurangi jumlah tenaga kerja.

 

“Ini kebijakan yang cukup berat, di satu sisi kasian, tapi disisi lain itu harus dilakukan karena pemasukan juga tidak ada,” katanya.

Saat ini, lanjut dia, jumlah wisatawan tidak menentu. Sehingga perusahan baru buka ketika ada permintaan dari wisatawan untuk melakukan rafting. Ketika tidak ada yang melakukan aktivitas rafting, pihaknya memilih tutup. Itupun, jumlah wisatawan dalam rombongan paling banyak 10 orang.

 

“Paling banyak 10 orang, itu dalam seminggu, dan itu jauh jika dibandingkan saat kondisi normal dalam sehari saja bisa 50 sampai 80 orang,” imbuhnya.


Agus Kertiana menambahkan, meski wisatawan jarang, namun retribusi tetap dipungut oleh Dinas Pariwisata. Meski secara hitungan itu sangat rugi, namun pihaknya tidak bisa berbuat banyak karena itu sudah menjadi kewajiban.

 

“Retribusi tetap dipungut sesuai dengan jumlah wisatawan yang datang. Kalau hitung-hitungan ya perusahan rugi besar, karena dengan wisawatan yang hanya sekali dalam seminggu tidak cukup untuk biaya operasional,” pungkasnya.

 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago