Categories: Ekonomi

Minim Pemasukan, Korbankan Satwa Herbivora Jadi Makanan Harimau

GIANYAR – Pagebluk covid-19 yang terjadi sejak enam bulan belakangan mulai mengancam keberlansungan hidup satwa yang ada di Lembaga Konservasi (LK) di Bali.

Sebagian LK mulai kelimpumgan akibat biaya operasional yang dikeluarkan tak mampu lagi mengcover biaya pemeliharaan satwa.

Dengan kondisi pemasukan yang sangat minim, sejumlah LK di Bali meminta bantuan pemerintah untuk mendapatkan relaksasi pajak mengingat nilai yang dibayarkan selama ini normal seperti sebelum covid-19.

Ketua Umum PKBSI Dr H Rahmat Shah menuturkan, apabila ke depan tidak ada bantuan dari pemerintah atau donatur terhadap lembaga-lembaga konservasi ini, dengan terpaksa pihaknya akan mengambil langkah alternative.

Salah satunya yang ekstrem yakni mengorbankan beberapa satwa herbivora untuk dijadikan pakan satwa-satwa pemakan daging seperti harimau dan lainnya.

“Hewan herbivora yang mudah kembang biak dengan kuantitas melahirkan satu sampai tiga kali setahun, umur sudah tua itu yang terpaksa kami korbankan.

Di luar negeri sudah melakukan itu. Yang kami lindungi tentu satwa endemik Indonesia yang langka. Sejauh ini kondisinya masih baik, meskipun porsi makanan kami ambil yang minimum.

Bukannya kami menyalahi aturan, kita tidak akan tempuh kecuali terpaksa. Jadi di saat seperti ini, mohon kami dibantu,” ucap Rahmat.

Untuk diketahui, jumlah kunjungan di beberapa lembaga konservasi di Bali mengalami penurunan drastis akibat dampak dari covid-19 ini.

Bahkan, rata-rata kunjungan hanya 10 persen dari biasanya. Bali Bird Park, misalnya, hanya membukukan kunjungan pada akhir pekan antara Sabtu dan Minggu rata-rata 200 pengunjung.

“Kami belum ada PHK, yang ada baru perumahan karyawan. Jadi, kita lihat kalau sudah kondisi bagus pasti akan dipekerjakan lagi.

Terkait apa yang disampaikan kami meminta Pemkab Gianyar ada kontribusi kepada lembaga konservasi. Kami sudah bersurat ke pemkab Gianyar, cuma belum ada tanggapan,” kata Pande Suastika, GM Bali Bird Park.

Kondisi sulit juga dialami oleh lembaga konservasi Bali Safari. Operation Manager Bali Safari, Ketut Suardana menuturkan,

untuk menekan biaya operasional, sejak bulan Maret lalu pihaknya melibatkan karyawan untuk mencari pakan ternak ke beberapa petani.

Salah satunya dengan meminta sisa-sisa panen batang jagung, sayur mayur yang tidak bisa dijual petani dan lainnya.

“Itu kami lakukan setiap hari. Petani-petani khususnya di desa-desa pendamping kami sangat mendukung,” pungkasnya. 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago