Categories: Features

Awalnya Sepelakan Gejala, Semangat Sembuh karena Support Keluarga

Covid-19 tidak pandang bulu. Usia muda hingga lansia diserang semua saat abai protokol kesehatan (prokes).

Hal itu yang dialami Ni Nengah Sariati. Perempuan 58 tahun itu merasakan sakit luar biasa saat dinyatakan positif Covid-19.

 

MAULANA SANDIJAYA, Denpasar

AWALNYA Sariati mengira batuk kering yang dirasakan adalah batuk biasa. Ia pun membeli obat batuk yang biasa diminum.

Namun, batuk yang diderita tak kunjung sembuh. Justru semakin menjadi. “Setiap batuk perut saya seperti tertarik ke atas. Rasanya sakit sekali,” tutur Sariati saat diwawancarai kemarin.

Tidak hanya batuk, Sariati juga mulai sesak napas. Setiap menjalani aktivitas terasa berat. Seminggu kemudian batuknya semakin parah.

Napasnya pun semakin berat. Kepalanya juga terasa pusing. “Kebetulan saya sakit vertigo. Pokoknya gak enak banget rasanya, kepala berat dan dunia seperti berputar,” imbuh nenek tujuh cucu itu.

Sariati juga kehilangan indera penciuman dan perasa. “Saat saya makan tidak terasa apa-apa, hambar. Saya sudah mulai curiga ini Covid-19, tapi saya abaikan,” imbuhnya menegaskan.

Kondisi Sariati semakin menurun. Badannya lemas tidak bertenaga. Untuk sekadar jalan saja Sariati kesulitan. Wajahnya pucat pasi.

Sariati pun tak tahan lagi. Perempuan kelahiran Wanasara, Tabanan, itu lantas mengontak anaknya minta dilarikan ke rumah sakit.

Setelah sampai di UGD RSUD Tabanan, Sariati segera diberikan oksigen. Dokter lantas melakukan rontgen dan swab.

Benar saja, apa yang dikhawatirkan Sariati terbukti. Ia positif Covid-19. “Angka CT-value saya hanya 19. Padahal, normalnya orang di atas 30,” bebernya.

Sariati segera diisolasi di RSUD Tabanan. Nah, selama menjalani isolasi ini Sariati merasakan Covid-19 benar-benar ada. Bukan konspirasi.

Ia bersama pasien lain merasakan gejala serupa, yakni batuk kering, sesak napas, dan hilang indera perasa serta penciuman.

“Pokoknya tidak bisa tidur. Badan rasanya tidak enak semua, demam dan batuk keras,” imbuh ibu tiga anak itu.

Sariati hampir menyerah. Namun, kehadiran keluarganya membuatnya bangkit. Selama dirawat, anak-anak Sariaati tidak pernah absen membesuk.

Di balik kaca ruang isolasi, anak-anak Sariati memberi semangat agar kuat. “Anak-anak saya juga membawakan madu murni, buah, dan makanan yang saya suka,” ungkapnya.

Semangat Sariati semakin berlipat saat cucunya memberikan dukungan. Melalui video call, cucu-cucu Sariati memberikan motivasi dan hiburan.

“Alhamdulilah, berkat perawatan dokter dan semangat dari keluarga, Ct-value saya naik signifikan. Akhirnya, pada hari ke-14 isolasi, saya dinyatakan sembuh,” tukasnya. (*)

Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago