Categories: Hiburan & Budaya

Samar Gantang Dedikasikan Novel Leak Tegal Sirah untuk Korban PKI

TABANAN – Seniman  Tabanan I Gusti Putu Bawa Samar Gantang akhirnya merampungkan karya novel ketiganya berjudul Leak Tegal Sirah. 

Novel fiksi dengan setting genosida tahun 1965 ini merupakan dedikasi Samar Gantang bagi mereka yang menjadi korban G30S/PKI.

Melalui pergumulan pemikiran, novel setebal 202 halaman tersebut rampung selama 19 tahun.

“Saya menulis novel ini selama 19 tahun dan merampungkannya selama sembilan bulan,” tutur Samar Gantang saat ditemui di rumahnya di Banjar Tegal Belodan, Desa Dauh Peken, Tabanan.

Seniman yang kini berusia 70 tahun tersebut mengatakan, sejarah semestinya ditulis, baik oleh orang yang menang, orang yang kalah, maupun orang yang netral. 

Namun, menurutnya, sepengetahuan dirinya yang sempat hidup di era itu serta beberapa sumber, ada banyak korban yang sebenarnya tidak pernah bersentuhan dengan partai apapun namun justru menjadi korban. 

“Saya menulis buku ini dengan tidak punya kepentingan apapun. Saya hanya ingin melukiskan apa yang 

terjadi saat itu apa yang saya lihat dan alami ketika saya masih remaja dan saat pecahnya peristiwa PKI di Bali,” katanya.

Ia berpendapat bahwa hidup tak lepas dari tiga unsur, yakni hitam, putih, dan abu-abu. “Tak ada kehidupan yang hanya putih saja atau hitam saja, pasti ada abu-abu juga,” tambahnya.

Disinggung terkait lamanya proses pengerjaan novel yang memakan waktu hingga 19 tahun, Samar Gantang ingin harus terlebih dahulu menghadirkan ingatannya kembali ke era tahun 1965 di saat kondisi pembantaian terjadi. 

Sejarah kelam tersebut menimbulkan kesan trauma hingga saat ini. “Bagaimana melukiskan kondisi saat itu agar orang-orang 

menangkap peristiwa seperti itu. Kejadian ini kan cukup lama, kita harus flashback lagi apa yang terjadi pada tahun 65,” terang Samar Gantang.

Novel ini sendiri menceritakan kejadian di Banjar Tegal Sirah yang sudah dikenal angker sejak zaman Kerajaan Carik pada 1500-an.

Tempat itu, menjadi sarang yang menyenangkan bagi roh-roh halus, sedangkan setiap malam Jumat Kliwon banyak krama Banjar Tegal Sirah melihat leak-leak bergentayangan dengan wujud yang bermacam-macam. 

Mereka bermarkas di setra Tegal Sirah dan di sekitar campuhan. Sejak peristiwa Desember 1965 itu, Tegal Sirah semakin angker karena 20 krama Banjar Tegal Sirah ikut dibunuh.

Rohnya penasaran dan menghantui beberapa orang yang terlibat dalam praktik pembunuhan. Mereka adalah orang-orang yang tidak bersalah dan menjadi korban pembataian tanpa proses peradilan.

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago