Categories: Nasional

Tetap Junjung Kearifan Lokal Bali,Puja Bakti Dilakukan Secara Terbatas

Hari Raya Waisak 2565 BE yang jatuh pada Rabu kemarin (26/5) dirayakan secara sederhana oleh umat Budha di Kabupaten Buleleng. Seperti di Wihara Giri Manggala. Perayaan detik-detik Waisak dilakukan secara terbatas.

 

 

EKA PRASETYA, Singaraja

ALUNAN suara gamelan terdengar nyaring. Rupanya suara itu muncul dari rekaman suara gamelan yang diputar pada pengeras suara yang terpasang di Wihara Giri Manggala, Desa Alasangker.

Alunan gamelan itu menandakan bahwa hari raya sudah dimulai. Sejak pukul 08.00 pagi, satu demi satu umat Budha yang ada di sekitar Desa Alasangker, datang ke wihara tersebut.

Mereka mengenakan pakaian adat Bali. Tak lupa canang sari dan buah-buahan juga turut dibawa. Umat kemudian menghaturkan canang itu pada altar yang sudah disiapkan.

Baru kemudian umat melakukan persembahyangan di altar utama yang terletak di tengah wihara. Wihara Giri Manggala yang terletak di Desa Alasangker, adalah salah satu wihara yang unik.

Umat Budha di sana melakukan persembahyangan dengan pakaian adat Bali. Mereka juga tetap menghaturkan canang sari sebagai persembahan.

“Memang dari dulu seperti ini. Jadi orang tua kami sejak tahun 1970-an sembahyang ke wihara memang dengan adat Bali,” kata Kadek Budiasa, salah seorang umat di Wihara Giri Manggala.

Menurutnya sejak dulu umat selalu menjaga tradisi dan kearifan lokal tradisi Bali. Hal itu kemudian diadopsi saat umat hendak melakukan persembahyangan. Persembahan yang dihaturkan juga turut diadopsi.

Ketua Wihara Giri Manggala, Gede Riasa mengungkapkan, sarana pemujaan memang mengikuti kearifan lokal. Dalam perayaan hari Waisak kemarin, tradisi itu tetap dipertahankan.

“Kalau dalam prosesi tata upacara dan lantunan puja-puja, tetap kami ikuti ritus sesua Budha. Kalau pakaian dan canang memang tetap diadopsi,” ungkapnya.

Pada hari raya Wiasak tahun ini, Riasa menyebut ritus pemujaan dilakukan secara sederhana. Untuk puja bakti misalnya.

Hanya diikuti oleh pengurus wihara yang disebut dengan Dayaka Sabha. Sementara umat diminta melakukan perayaan dari rumah masing-masing.

“Biasanya saat pra daksina, memang melibatkan umat. Tapi selama pandemi ini hanya pengurus saja yang melakukan.

Jadi nanti saat detik-detik Waisak kami akan mengelilingi areal suci sebanyak tiga kali dengan diiringi parita budhis,” jelas Riasa. (*)

 

 

Donny Tabelak

Share
Published by
Donny Tabelak

Recent Posts

Rapor Merah Mees Hilgers Bersama Timnas Indonesia, Rizky Ridho dan Justin Hubner Siap Mengkudeta

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia dalam laga lanjutan Grup C Kualifikasi…

8 bulan ago

Menolak Menyerah, PSSI: Kesempatan Timnas Indonesia Kejar 15 Poin Masih Ada

Target 15 poin masih dibebankan oleh PSSI kepada Timnas Indonesia untuk lolos dari putaran ketiga…

1 tahun ago

SW House, Rumah Berkonsep Tropis Match dengan Warna Earthy yang Klasik

kawasan Menteng, Jakarta Pusat, SW House berdiri kokoh dengan segala keanggunannya.

2 tahun ago

Hasil Quick Count Pemilu 2024 Bisa Segera Dilihat, Ini Lembaga Survei Resmi yang Menyiarkan

Sejumlah lembaga survei bakal menggelar penghitungan cepat atau quick count Pemilu 2024

2 tahun ago

5 Cara Membersihkan Meja Granit Agar Permukaannya Tetap Mengkilap Sepanjang Hari

Granit merupakan bahan bangunan dari campuran white clay, kaolin, silika, dolomite, talc, dan feldspar yang…

2 tahun ago

Hengkang dari Koalisi Perubahan, AHY Akan Kumpulkan Seluruh Kader Demokrat Besok

Partai Demokrat secara tegas telah menyatakan keluar dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) serta menarik…

2 tahun ago