NEGARA – Semakin bertambahnya populasi Curik Bali (Leucopsar rothschildi) sebagai burung endemic Taman Nasional Bali Barat (TNBB) menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Peluang itu kini ditangkap oleh masyarakat yang ada di tiga desa penyanding untuk meningkatkan perekonomian dengan pengembangan ekowisata.
Pengembangan ekowisata curik Bali berbasis masyarakat antar stakeholder yang digarap tiga desa penyanding yakni Gilimanuk, Blimbingsari, Melaya,
dan Sumberklampok, Gerokgak, Buleleng itu, dibahas dalam rapat koordinasi sekaligus di launching di aula Balai TNBB.
Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) wilayah l TNBB Ali Purwanto mengatakan, ekowisata disusun dengan prinsip kemandirian.
Penyusunan konsep itu dirumuskan oleh ketiga desa penyanding. “Mereka yang menyusun, mencari potensi lalu merumuskanya
dan mereka juga yang akan melaksanakannya,” ungkap Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Role Model Pengembangan Ekowisata Curik Bali.
Kepala TNBB Agus Ngurah Krisna Kepakisan mengatakan, ketiga desa penyanding itu memiliki berbagai potensi unggulan.
Seperti Gilimanuk yang memiliki teluk Gilimanuk, wisata mangrove, diving, dan kuliner. Desa Wisata Blimbingsari, memiliki potensi kehidupan petani,
pembuat gula aren, kebun cokelat, dan keindahan desa dan Sumberkelampok memiliki potensi pertanian dan penangkaran curik Bali.
“Untuk curik Bali sekarang sudah bisa dilihat di ketiga desa itu. Curik Bali itu ditangkarkan oleh masyarakat.
Selain itu masyarakat juga visa menjaadi pemandu wisatawan serta menyediakan akomodasi sehingga masyaralat juga akan ikut menjaga kelestarian alam dan curik Bali,” jelasnya.