32.6 C
Jakarta
25 November 2024, 10:40 AM WIB

MMDP Duga Insiden Tertusuk Keris Terjadi karena Pengaruh Black Magic

SINGARAJA –Ritual ngurek nyaris meminta tumbal nyawa lagi di Buleleng. Seorang warga yang mengikuti piodalan di Pura Dalem Purwa, Desa Pekraman, Penglatan, Selasa (23/10) pukul 14.30 siang nyaris tewas tertembus keris.

Beruntung aksi ini tak sampai fatal, meski mengalami luka tusuk, nyawa korban masih bisa terselamatkan setelah mengobati sendiri dengan ramuan tradisional.

Kapolsek Kota Singaraja, Kompol AA Wiranata Kusuma, yang dikonfirmasi terkait insiden saat ngurek, Rabu (24/10) mengatakan,  dari hasil penyelidikan awal polisi, pihak keluarga tidak menuntut dan menganggap peristiwa itu sebagai kecelakaan.

Bahkan lanjutnya, Winasa mengaku sering kerauhan saat melakukan aksi ngurek. Namun baru kali ini mengalami luka.

Untuk itu, lanjut Wiranata, pihaknya berencana berkomunikasi dengan Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Buleleng membahas masalah itu.

Pasalnya ini bukan pertama kalinya krama terluka akibat menjalani sebuah ritual tertentu.

“Bukan bermaksud melarang, tapi merumuskan langkah antisipasi. Dampak negatif yang berpotensi timbul, harus ditekan seoptimal mungkin.

Karena ini kan berdampak juga pada yadnya di pura. 

Apalagi kalau sampai ada darah manusia menetes di pura. Kita semua tidak ingin hal itu terjadi, maka perlu ada langkah pencegahan,” kata Wiranata.

Sementara itu Ketua MMDP Buleleng, Dewa Putu Budarsa menduga ada faktor eksternal yang memicu insiden di Desa Penglatan. Sebab korban sudah sering mengalami trance namun baru kali ini mengalami insiden.

“Mungkin ada pengaruh dari bhutakala. Mungkin juga ada pengaruh dari pihak-pihak yang tidak senang. Orang yang belajar black magic juga kan bisa memengaruhi seperti itu, hingga terjadi hal-hal yang di luar nalar,” kata Budarsa.

Untuk itu pihaknya menghimbau agar desa pakraman dan pecalang meningkatkan kewaspadaan. Terlebih saat ritual ngurek akan dilaksanakan. Sebisa mungkin, senjata tajam dijauhkan agar tak sampai menimbulkan korban.

“Kami imbau semua pihak agar lebih waspada. Jangan sampai ada darah menetas di parahyangan pura. Kalau sudah begitu, artinya cemer, perlu upacara lagi. Ini harus disikapi bersama biar tidak berulang. Karena dari catatan kami di MMDP, ini bukan sekali dua kali saja,” tukasnya.

SINGARAJA –Ritual ngurek nyaris meminta tumbal nyawa lagi di Buleleng. Seorang warga yang mengikuti piodalan di Pura Dalem Purwa, Desa Pekraman, Penglatan, Selasa (23/10) pukul 14.30 siang nyaris tewas tertembus keris.

Beruntung aksi ini tak sampai fatal, meski mengalami luka tusuk, nyawa korban masih bisa terselamatkan setelah mengobati sendiri dengan ramuan tradisional.

Kapolsek Kota Singaraja, Kompol AA Wiranata Kusuma, yang dikonfirmasi terkait insiden saat ngurek, Rabu (24/10) mengatakan,  dari hasil penyelidikan awal polisi, pihak keluarga tidak menuntut dan menganggap peristiwa itu sebagai kecelakaan.

Bahkan lanjutnya, Winasa mengaku sering kerauhan saat melakukan aksi ngurek. Namun baru kali ini mengalami luka.

Untuk itu, lanjut Wiranata, pihaknya berencana berkomunikasi dengan Majelis Madya Desa Pakraman (MMDP) Buleleng membahas masalah itu.

Pasalnya ini bukan pertama kalinya krama terluka akibat menjalani sebuah ritual tertentu.

“Bukan bermaksud melarang, tapi merumuskan langkah antisipasi. Dampak negatif yang berpotensi timbul, harus ditekan seoptimal mungkin.

Karena ini kan berdampak juga pada yadnya di pura. 

Apalagi kalau sampai ada darah manusia menetes di pura. Kita semua tidak ingin hal itu terjadi, maka perlu ada langkah pencegahan,” kata Wiranata.

Sementara itu Ketua MMDP Buleleng, Dewa Putu Budarsa menduga ada faktor eksternal yang memicu insiden di Desa Penglatan. Sebab korban sudah sering mengalami trance namun baru kali ini mengalami insiden.

“Mungkin ada pengaruh dari bhutakala. Mungkin juga ada pengaruh dari pihak-pihak yang tidak senang. Orang yang belajar black magic juga kan bisa memengaruhi seperti itu, hingga terjadi hal-hal yang di luar nalar,” kata Budarsa.

Untuk itu pihaknya menghimbau agar desa pakraman dan pecalang meningkatkan kewaspadaan. Terlebih saat ritual ngurek akan dilaksanakan. Sebisa mungkin, senjata tajam dijauhkan agar tak sampai menimbulkan korban.

“Kami imbau semua pihak agar lebih waspada. Jangan sampai ada darah menetas di parahyangan pura. Kalau sudah begitu, artinya cemer, perlu upacara lagi. Ini harus disikapi bersama biar tidak berulang. Karena dari catatan kami di MMDP, ini bukan sekali dua kali saja,” tukasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/