31.6 C
Jakarta
20 November 2024, 11:36 AM WIB

Sidak Toko Mafia Tiongkok Hasilnya Mengagetkan, Tim Gabungan Temukan…

MANGUPURA –  Satpol PP Provinsi Bali bersama Satpol PP Kabupaten Badung dan pihak Keimigrasian Denpasar dan Ngurah Rai melakukan inspeksi mendadak (sidak) gabungan menyasar toko-toko milik jaringan mafia wisata Tiongkok. 

Tapi, ternyata rencana sidak sudah bocor duluan. Tim Satpol PP mengawali dengan menggelar apel di Central Parkir Kuta, Rabu kemarin (24/10).

Sidak dipimpin Kepala Satpol PP Pemprov Bali Made Sukadana didampingi Kepala Bidang Trantib Satpol PP Provinsi Bali Dewa Nyoman Rai Darmadi,

Kabid Trantib Satpol PP Badung Made Astawa dan Kasi Penyelidikan dan Penyidikan Satpol PP Badung Sukanta.

Sidak kali ini menggandeng unsur lain, seperti Satpol PP Kabupaten Badung, Disperindag Pemprov Bali dan Imigrasi. 

Pertama menuju Jalan Dewi Sri, Kuta. Tokonya tidak terlalu besar, bernama Empress Jewellery. Toko ini menjual perhiasan, cincin, kalung dengan berlian.

Rosmini penjaga toko mengatakan bahwa tokonya ini milik orang Jakarta. Bukan orang asing. Kemudian dia bekerja juga tidak ada orang asing.

Hanya bersama empat orang termasuk dirinya. Satu orang Bali, dua Pontianak dan satu dirinya. Dia juga menunjukkan beberapa izin usaha.

“Kami tidak ada mempekerjakan orang asing. Izin – izin kami sementara baru ini. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan),” ujarnya.

Kendati demikian, penjaga toko tersebut diberi surat panggilan, untuk menghadap ke Satpol PP Badung. Toko ini menjual barang dari Rp 10-an  juta sampai ratusan juta.

“Ibu lengkapi dulu izin apa yang dimiliki, nanti datang ke kantor kami Senin,” jelas Astawa.  Dari toko ini bergerak ke Toko Kalimantan.

Toko besar ini terletak di Sunset Road, Kuta. Setelah masuk diminta semua KTP karyawan. Ternyata rata – rata orang Indonesia, yang rata – rata dari Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar).

Kemudian, selain masalah identitas akhirnya dikejar masalah barang – barang yang dijual. Ternyata di toko Kalimantan ini menjual hampir semua barang yang didatangkan dari Tiongkok.

Namun sudah diberi label Bali. Dilengkapi dengan gambar Bali. Seperti sarang burung, jamu – jamu dan lainnya.

“Barangnya rata – rata dari Tiongkok semua. Sudah bisa dipastikan,” jelas Kepala Satpol PP Bali, Made Sukadana.

Selanjutnya, pengelola berusaha tidak keluar. Akhirnya turun salah satu orang yang bertanggung jawab, bernama Suyandi. Dia mengaku pemiliknya tidak ada.

Tapi, dari tangan Suyandi, hanya bisa menunjukkan IMB saja, izin lain tidak ada. Termasuk izin usaha, SIUP dan lainnya. “Sedang diproses, izin – izinnya,” jelas Suyandi .

Sukadana mengatakan bahwa  sedang diproses berarti tidak boleh dulu beroperasi. “Panggil Senin ini ke Satpol PP Badung. Jika tidak bisa menunjukkan izin, tutup toko ini. Pastikan ditutup,” tegas Sukadana. 

Hasil pantauan koran ini di dalam toko ini ada ruangan untuk grup wisatawan yang datang yang digunakan untuk pemaparan. Untuk presentasi tentang oleh-oleh yang dijual.

Sidak dilanjutkan ke Benoa Square, di lokasi itu ternyata Toko Althenhba milik grup Onbase dalam kondisi tutup.

Kemudian ditemui pengelola Benoa Square bernama  Rumasa. “Saya pengelola. Kawasan pertokoaan ini milik Pak Tommy Suharto,” jelasnya.

Akhirnya Rumasa diminta untuk menghubungi, pengelolanya bernama Sarbin. Namun, Sarbin berusaha mengelak datang. Dia sempat mengirim stafnya, sekitar satu jam dan akhirnya turun.

Sarbin mengaku tidak tahu detail, izin apa yang sudah dipegang. Akhirnya Sarbin hanya diberi surat panggilan saja.

“Kalau memang nanti tidak bisa menunjukkan izin – izin, kami akan tutup aktivitas ini,” tegas Sukadana. Setelah itu dilanjutkan ke Mahkota.

Toko besar yang dianggap punya jaringan terbanyak ini sudah ganti nama jadi Lisa Gamestone. Namun, bekas tulisan Mahkota-nya masih ada.

Toko di Jalan Bypass Gusti Ngurah Rai ini memilih tutup juga, tidak buka. Dengan kondisi ini, akhirnya Satpol PP memutuskan untuk memanggil pengelola toko Mahkota.

“Jika memang tanpa izin dan pelanggaran kami tutup. Sidak ini bocor, sampai memilih tutup,” ujar Dewa Darmadi.

Sidak kemarin memang bocor duluan. Tak ada temuan tenaga kerja (naker) asing asal  Tiongkok. Toko – toko tang ditengarai jaringan mafia pariwisata Tiongkok ini tutup.

Misalnya Mahkota Latex, di Jalan Bypass Ngurah Rai (Grup Mahkota) juga tutup. Begitu juga Toko Dunia Sutra di Jalan Bypass Ngurah Rai, toko ini juga grup Mahkota juga memilih tutup.

Sementara itu,  ada tim dari Kementrian Perdagangan yang turun ikut dalam sidak, mereka bergabung mulai di Benoa Square.

“Kami memang ditugaskan untuk khusus ke Bali untuk memantau, menelusuri masalah ini. Masalah Bali dijual murah oleh pemain – pemain dari Tiongkok,” jelas Zulfianah alias Ana.

Ada empat orang yang terjunkan beberapa hari akan menelusuri keberadaan toko – toko yang bermain dalam kasus hingga Bali dijual murah di Tiongkok

MANGUPURA –  Satpol PP Provinsi Bali bersama Satpol PP Kabupaten Badung dan pihak Keimigrasian Denpasar dan Ngurah Rai melakukan inspeksi mendadak (sidak) gabungan menyasar toko-toko milik jaringan mafia wisata Tiongkok. 

Tapi, ternyata rencana sidak sudah bocor duluan. Tim Satpol PP mengawali dengan menggelar apel di Central Parkir Kuta, Rabu kemarin (24/10).

Sidak dipimpin Kepala Satpol PP Pemprov Bali Made Sukadana didampingi Kepala Bidang Trantib Satpol PP Provinsi Bali Dewa Nyoman Rai Darmadi,

Kabid Trantib Satpol PP Badung Made Astawa dan Kasi Penyelidikan dan Penyidikan Satpol PP Badung Sukanta.

Sidak kali ini menggandeng unsur lain, seperti Satpol PP Kabupaten Badung, Disperindag Pemprov Bali dan Imigrasi. 

Pertama menuju Jalan Dewi Sri, Kuta. Tokonya tidak terlalu besar, bernama Empress Jewellery. Toko ini menjual perhiasan, cincin, kalung dengan berlian.

Rosmini penjaga toko mengatakan bahwa tokonya ini milik orang Jakarta. Bukan orang asing. Kemudian dia bekerja juga tidak ada orang asing.

Hanya bersama empat orang termasuk dirinya. Satu orang Bali, dua Pontianak dan satu dirinya. Dia juga menunjukkan beberapa izin usaha.

“Kami tidak ada mempekerjakan orang asing. Izin – izin kami sementara baru ini. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan),” ujarnya.

Kendati demikian, penjaga toko tersebut diberi surat panggilan, untuk menghadap ke Satpol PP Badung. Toko ini menjual barang dari Rp 10-an  juta sampai ratusan juta.

“Ibu lengkapi dulu izin apa yang dimiliki, nanti datang ke kantor kami Senin,” jelas Astawa.  Dari toko ini bergerak ke Toko Kalimantan.

Toko besar ini terletak di Sunset Road, Kuta. Setelah masuk diminta semua KTP karyawan. Ternyata rata – rata orang Indonesia, yang rata – rata dari Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar).

Kemudian, selain masalah identitas akhirnya dikejar masalah barang – barang yang dijual. Ternyata di toko Kalimantan ini menjual hampir semua barang yang didatangkan dari Tiongkok.

Namun sudah diberi label Bali. Dilengkapi dengan gambar Bali. Seperti sarang burung, jamu – jamu dan lainnya.

“Barangnya rata – rata dari Tiongkok semua. Sudah bisa dipastikan,” jelas Kepala Satpol PP Bali, Made Sukadana.

Selanjutnya, pengelola berusaha tidak keluar. Akhirnya turun salah satu orang yang bertanggung jawab, bernama Suyandi. Dia mengaku pemiliknya tidak ada.

Tapi, dari tangan Suyandi, hanya bisa menunjukkan IMB saja, izin lain tidak ada. Termasuk izin usaha, SIUP dan lainnya. “Sedang diproses, izin – izinnya,” jelas Suyandi .

Sukadana mengatakan bahwa  sedang diproses berarti tidak boleh dulu beroperasi. “Panggil Senin ini ke Satpol PP Badung. Jika tidak bisa menunjukkan izin, tutup toko ini. Pastikan ditutup,” tegas Sukadana. 

Hasil pantauan koran ini di dalam toko ini ada ruangan untuk grup wisatawan yang datang yang digunakan untuk pemaparan. Untuk presentasi tentang oleh-oleh yang dijual.

Sidak dilanjutkan ke Benoa Square, di lokasi itu ternyata Toko Althenhba milik grup Onbase dalam kondisi tutup.

Kemudian ditemui pengelola Benoa Square bernama  Rumasa. “Saya pengelola. Kawasan pertokoaan ini milik Pak Tommy Suharto,” jelasnya.

Akhirnya Rumasa diminta untuk menghubungi, pengelolanya bernama Sarbin. Namun, Sarbin berusaha mengelak datang. Dia sempat mengirim stafnya, sekitar satu jam dan akhirnya turun.

Sarbin mengaku tidak tahu detail, izin apa yang sudah dipegang. Akhirnya Sarbin hanya diberi surat panggilan saja.

“Kalau memang nanti tidak bisa menunjukkan izin – izin, kami akan tutup aktivitas ini,” tegas Sukadana. Setelah itu dilanjutkan ke Mahkota.

Toko besar yang dianggap punya jaringan terbanyak ini sudah ganti nama jadi Lisa Gamestone. Namun, bekas tulisan Mahkota-nya masih ada.

Toko di Jalan Bypass Gusti Ngurah Rai ini memilih tutup juga, tidak buka. Dengan kondisi ini, akhirnya Satpol PP memutuskan untuk memanggil pengelola toko Mahkota.

“Jika memang tanpa izin dan pelanggaran kami tutup. Sidak ini bocor, sampai memilih tutup,” ujar Dewa Darmadi.

Sidak kemarin memang bocor duluan. Tak ada temuan tenaga kerja (naker) asing asal  Tiongkok. Toko – toko tang ditengarai jaringan mafia pariwisata Tiongkok ini tutup.

Misalnya Mahkota Latex, di Jalan Bypass Ngurah Rai (Grup Mahkota) juga tutup. Begitu juga Toko Dunia Sutra di Jalan Bypass Ngurah Rai, toko ini juga grup Mahkota juga memilih tutup.

Sementara itu,  ada tim dari Kementrian Perdagangan yang turun ikut dalam sidak, mereka bergabung mulai di Benoa Square.

“Kami memang ditugaskan untuk khusus ke Bali untuk memantau, menelusuri masalah ini. Masalah Bali dijual murah oleh pemain – pemain dari Tiongkok,” jelas Zulfianah alias Ana.

Ada empat orang yang terjunkan beberapa hari akan menelusuri keberadaan toko – toko yang bermain dalam kasus hingga Bali dijual murah di Tiongkok

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/