DENPASAR – 10 atlet kriket Bali resmi mundur sebagai atlet kriket. Menurut penuturan Ketum KONI Bali I Ketut Suwandi yang ditemui
disela-sela Musorkab KONI Tabanan di Kurnia Resto, Beraban, Kamis siang kemarin (25/10), atlet tersebut secara langsung sudah keluar dari PB PCI.
“Kan artinya sudah tidak masuk anggota. Bukan hanya mundur dari Bali saja, tetapi mundur juga dari anggota kriket di bawah PB PCI,” ucapnya.
Apakah ada kecemasan dari Suwandi jika seandainya 10 atlet tersebut justru membela salah satu daerah di Indonesia seperti Papua yang digadang-gadang akan dibela I Kadek Gamantika dkk?
Mantan ketum KONI Badung ini tidak mempermasalahkan. “Lihat sajalah nanti. Disitu nanti baru bisa berbicara langkah apa saja. Semoga mereka bisa memahami karena tidak mudah untuk itu. Masih panjang,” bebernya.
Suwandi justru menduga ada koordinator dibalik mundurnya para atlet kriket yang membawa Bali meraih dua medali emas di PON XIX/2016, Jabar tersebut.
Yang jelas, kata dia, Ketum Pengprov PCI bukan mengetahui mundurnya 10 atlet kriket, tetapi sudah menyetujui pengunduran diri tersebut.
“Saya tidak tahu. Tapi, yang jelas sudah ada orang yang mengatur pengunduran diri sebanyak itu. Entah siapa saya tidak tahu. Pasti ada koordinatornya karena mereka mundur secara bersamaan di tanggal yang bersamaan pula,” tegasnya.
Usai pengunduran diri, jelas ada perubahan grade dari cabor kriket yang akan dipertandingkan di PON XX/2020, Papua.
Sebelumnya, kriket berada di grade I karena berpeluang besar untuk mempertahankan dua medali emas dan dua medali perak.
“Harus dimulai dari nol lagi. Kriket tidak menjadi cabor unggulan di Papua. Sebagian besar atletnya mundur, semua kan tidak tahu prestasinya seperti apa nanti dengan atlet yang tersisa sekarang,” tutur Suwandi.