Tangkarkan Dua Jenis Kupu-Kupu Langka, Barong dan Raja Helena yang Alami Kepunahan
SELAIN dikenal sebagai lumbung berasnya Bali, Tabanan banyak juga menyimpan banyak tempat wisata menarik dan unik.
Salah satunya di Banjar Sandan Lebah, Desa Sandan, Tabanan. Di tempat ini, ada penangkaran kupu-kupu yang sudah puluhan tahun berdiri.
JULIADI, Tabanan
Hanya butuh waktu 20 menit untuk mencapai lokasi penangkaran kupu-kupu dari Kota Tabanan.
Meski sudah puluhan tahun dan sudah dijadikan salah satu tujuan wisata, kondisi penangkaran kupu-kupu di Jalan gunung Batukaru ini masih sangat terlihat sepi.
Memiliki luas sekitar 4 are, di lokasi yang tak terlalu luas ini, banyak ratusan hewan inventebra yang tak bertulang ini hinggap di bunga, daun dan ranting pohon. Warna-warni, dan kupu-kupu yang beragam.
Sempat melihat-lihat suasana, Luh Putu Sri Wahyuni, salah satu pengelola di penangkaran menjelaskan detail dengan berkeliling lokasi penangkaran.
Sambil menceritakan konservasi kupu-kupu yang digeluti.
Luh Putu Sri Wahyuni katakan taman kupu-kupu ini berdiri sejak tahun 1996.
Beragam jenis kupu-kupu yang hidup dan dikembangbiakan.
Ada sekitar 20 jenis kupu-kupu. Terdiri dari dua keluarga Papilionidae dan Nymphalidae.
Sehingga kupu-kupu yang hidup sudah mencapai ribuan.
“Bahkan kami saat ini juga mengkoleksi dan melakukan penangkaran 2 jenis kupu-kupu langka. Yakni kupu-kupu endemik asli Bali dari daerah Batukaru yang lebih dikenal dengan kupu-kupu barong (attacus atlas). Kemudian satu lagi kupu-kupu jenis kupu raja helena (Helana brid wings),” papar petugas penangkaran dan pemandu Butterfly Park, Tabanan.
Dua jenis kupu-kupu barong dan helena yang dikonservasi. Karena kedua jenis kupu-kupu sudah mulai mengalami kepunahan dialam bebas.
Kemudian bentuk kupu-kupu yang unik berbeda dari kupu-kupu lainnya. Bedanya terletak pada ukuran kupu-kupu. Biasanya ukuran kupu-kupunya 15 cm sampai 17 cm.
“Tidak hanya itu kedua kupu-kupu ini hidupnya tak lebih dari seminggu. Namun perlakukan kedua kupu-kupu ini sama dengan kupu-kupu yang lainnya,” ucap Sri, Rabu (14/11) kemarin.
Sri pun menjelaskan bagaimana proses menjadi seekor kupu-kupu yang utuh. Menjadi kupu-kupu utuh membutuhkan waktu selama dua bulan. Dimulai dari telur yang menetas sekitar seminggu.
Kemudian menjadi ulat, maksimal 4 minggu. Satu ekor ulat bisa menghabiskan daun satu pohon ukuran sedang. Kemudian menjadi kepompong maksimal 5 minggu, sampai terlahir jadi kupu-kupu.
“Makanan dari kupu-kupu sendiri sari daun. Sehingga kami tanam bunga asongka. Agar kupu-kupu ini selalu memiliki stok dan daur hidup harus terjaga. Maka kami buat terpisah antara penangkaran dengan taman kupu-kupu. Tetapi masih dalam satu kawasan,” terang perempuan yang mengenakan pakaian adat Bali.
Perkembangbiakan dan kelangsungan hidup kupu-kupu tergantung dari faktor cuaca dan iklim. Karena itu yang membuat jumlah dan populasi kupu-kupu menurun. Jika musim hujan maka kepompom lebih banyak terjadi rusak dan mati. Musim hujan juga kesulitan kupu-kupu untuk mencari makanan.
“Selain itu kupu-kupu juga terserang dengan virus parasit yang disuntik dari lalat-lalat buah. Kadang kala itu yang membuat kepompon dan telur gagal menetas,” jelasnya.
Sri menambahkan pihaknya juga saat tidak hanya melakukan penangkaran kupu-kupu asli Bali. Tetapi juga kupu-kupu asal Jawa, Sumatra, Sulawesi dan Kalimantan.
“Pengunjung yang ke taman kupu-kupu ini lebih banyak dari tamu Eropa. Untuk tamu lokal lebih sedikit. Tamu Eropa selain berwisata kemari juga Eropa melakukan penelitian,” tukasnya.