JIMBARAN – Dunia pendidikan di Bali kembali tercoreng. Kali ini terjadi di SMK TI Bali Global, Jimbaran, Kabupaten Badung.
Puluhan orang tua (ortu) siswa menggeruduk sekolah yang baru meluluskan satu angkatan tersebut pada Senin (19/11) pagi.
“Aksi ini sifatnya dadakan. Sebelumnya kami sudah cukup sering meminta pihak sekolah untuk mempertemukan kami dengan pihak yayasan,” ujar Indra Baskoro, koordinator aksi kepada Jawa Pos Radar Bali usai aksi.
Dengan nada menggebu-gebu, Indra mengungkap persoalan yang membuat para orangtua murid mendatangi sekolah, dimana saat itu, para siswa sedang upacara bendera.
Katanya, hal ini dimulai dari permasalahan seragam sekolah hingga berkembang ke berbagai persoalan lainnya.
Sejak tahun ajaran baru dimulai 5 bulan lalu, hingga saat ini masih ada siswa kelas X yang belum mendapatkan seragam lengkap.
Bahkan, masih ada siswa SMK yang menggunakan celana pendek yang digunakan sewaktu siswa tersebut masih SMP.
“Dana seragam yang kami bayar itu Rp 1,8 juta dan siswa mendapatkan enam style. Tapi, baru dibagikan bulan lalu dan tidak lengkap. Belum lagi seragam tersebut berkualitas buruk,” ujar Indra.
Dari persoalan seragam, kemudian berkembang ke persoalan lainnya. Seperti jam belajar sekolah yang tidak sesuai dengan janji awal.
Dimana, saat itu wali murid dijanjikan Full Day School, yakni dari hari Senin hingga Jumat, siswa masuk pukul 7.30 dan pulang 15.30. Sedangkan hari Sabtu ada ekstrakurikuler.
Namun kenyataan berbeda. Yang terjadi justru jam belajar siswa menggunakan Half Day School. Menurut Indra, hal tersebut terjadi karena over capacity murid.
“Jumlah siswa sebanyak 162 orang, fasilitas tak mencukupi. Jadi dibagi. Yang sekolah pagi pulang pukul 12.20. Belum lagi persoalan jam pelajaran yang banyak berkurang. Di mana 1 mata pelajaran cuma 35-45 menit saja,” ungkapnya.
Belum lagi persoalan guru. Dikatakan, setelah proses belajar mengajar berjalan 3 bulan, sekolah tersebut baru memiliki guru bahasa Inggris.
Begitu juga soal dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang disisihkan untuk buku. Yang terjadi justru untuk satu mata pelajaran, 5 siswa berbagi satu buku.
Tak masuk akal lagi, terkait ketersediaan laboratorium, seperti Lab Bahasa, Komputer dan sebagainya, ternyata tidak ada.
“Ini sekolah IT (Informasi Teknologi), masak nggak punya lab komputer. Yang dulu ditunjukkan ternyata Lab Stikom,” terangnya.
Sekadar diketahui, SMK IT Bali Global Jimbaran berada di lantai 4 atau paling atas. Sedangkan 3 lantai lainnya milik Stikom Bali.
“Banyak hal yang membuat orang tua siswa kecewa. Apalagi respon sekolah lambat,” kesalnya. Hal senada diungkap orangtua siswa lainnya, Evi.
Kata Evi, pihaknya hanya ingin berdiskusi dengan pihak yayasan. Namun, nyatanya sudah beberapa kali mencoba ingin bertemu, atau tepatnya dari bulan Agustus lalu, pihak sekolah enggan mau bertemu para orangtua murid ini.
“Kami mau membantu sebenarnya. Tapi, pihak yayasan tak ada itikad baik bertemu dengan wali murid,” ungkapnya.