25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:08 AM WIB

Rayakan Maulid Nabi, Penglingsir Puri Ikut Bancakan, Ini Maknanya…

SINGARAJA – Nuansa toleransi benar-benar terasa pada Peringatan Hari Maulid Nabi Muhammad SAW di Kelurahan Kampung Singaraja, Selasa (20/11) pagi.

Pada peringatan itu, Penglingsir Puri Kanginan terlihat berbaur dengan umat muslim mengikuti acara peringatan maulid nabi.

Acara Maulid Nabi dipusatkan di Masjid Nurrahmah, Kampung Singaraja. Jarak masjid ini dengan Puri Kanginan, tak sampai 50 meter.

Selain digelar sejumlah rangkaian seremoni, juga dilangsungkan tradisi bancakan alias megibung.

Penglingsir Puri Kanginan, Anak Agung Ngurah Parwata Panji yang didampingi sang putra Anak Agung Ngurah Fajar, berbaur menyantap hidangan yang telah disediakan.

Anggota Komisi IV DPRD Bali, Kadek Setiawan juga turut hadir. Mereka didampingi Ketua Majelis Ta’mir Masjid Nurrahmah, Muhammad Zen Usman.

Baik Parwata Panji, Ngurah Fajar, maupun Kadek Setiawan, mengenakan pakaian adat madya saat menghadiri acara maulid.

Tokoh masyarakat Kampung Singaraja, Agus Murjani mengatakan, sejarah keberadaan umat muslim di Kampung Singaraja tak lepas dari Puri Kanginan.

Konon umat muslim yang kini disebut nyama selam, diizinkan tinggal di dekat puri oleh penglingsir puri pada masa itu.

Seiring berjalannya waktu, umat muslim pun menjalankan sejumlah tradisi yang dibawa oleh Wali Songo. Termasuk diantaranya tradisi bancakan.

Tradisi ini diyakini mendapat pengaruh dari tradisi megibung yang dilakukan umat Hindu. Tiap kali bancakan diselenggarakan, pihak puri maupun umat Hindu yang tinggal dekat masjid, pasti ikut dilibatkan.

“Secara historis, keberadaan kami ini tidak lepas dari puri. Makanya tiap puri ada acara, kami wajib ngayah ke puri. Apalagi saat bancakan atau megibung seperti ini,

dari puri pasti ada saja yang hadir. Ini bukti toleransi kami yang sudah berjalan selama ratusan tahun,” kata Agus Murjani.

Sementara itu Penglingsir Puri Kanginan, A.A. Ngurah Parwata Panji mengungkapkan, hubungan antara puri dengan nyama selam di Kampung Singaraja, tidak akan pernah lepas.

“Kita itu selalu menyama braya baik suka maupun duka. Sesepuh kami juga selalu berpesan agar hubungan baik dengan nyama selam di Kampung Singaraja ini harus dijaga dengan baik,” kata Parwata.

Untuk itu pihaknya pun mengajak agar para sesepuh di Kampung Singaraja, terus menanamkan rasa persaudaraan di kalangan remaja.

Sehingga hubungan silaturahmi yang telah terpupuk selama ratusan tahun, terus terjaga dengan baik.

Selain menggelar acara bancakan atau megibung, kemarin juga digelar lomba pajegan taluh. Pajegan taluh sebenarnya pohon telur yang biasa dibuat saat Maulid Nabi.

Bedanya pohon telur ini dibuat di atas dulang yang biasa digunakan membuat pajegan oleh umat Hindu.

Di atas dulang kemudian dibuat semacam pajegan yang berisi telur dan buah-buahan. Sehingga namanya pun disebut pajegan taluh. 

SINGARAJA – Nuansa toleransi benar-benar terasa pada Peringatan Hari Maulid Nabi Muhammad SAW di Kelurahan Kampung Singaraja, Selasa (20/11) pagi.

Pada peringatan itu, Penglingsir Puri Kanginan terlihat berbaur dengan umat muslim mengikuti acara peringatan maulid nabi.

Acara Maulid Nabi dipusatkan di Masjid Nurrahmah, Kampung Singaraja. Jarak masjid ini dengan Puri Kanginan, tak sampai 50 meter.

Selain digelar sejumlah rangkaian seremoni, juga dilangsungkan tradisi bancakan alias megibung.

Penglingsir Puri Kanginan, Anak Agung Ngurah Parwata Panji yang didampingi sang putra Anak Agung Ngurah Fajar, berbaur menyantap hidangan yang telah disediakan.

Anggota Komisi IV DPRD Bali, Kadek Setiawan juga turut hadir. Mereka didampingi Ketua Majelis Ta’mir Masjid Nurrahmah, Muhammad Zen Usman.

Baik Parwata Panji, Ngurah Fajar, maupun Kadek Setiawan, mengenakan pakaian adat madya saat menghadiri acara maulid.

Tokoh masyarakat Kampung Singaraja, Agus Murjani mengatakan, sejarah keberadaan umat muslim di Kampung Singaraja tak lepas dari Puri Kanginan.

Konon umat muslim yang kini disebut nyama selam, diizinkan tinggal di dekat puri oleh penglingsir puri pada masa itu.

Seiring berjalannya waktu, umat muslim pun menjalankan sejumlah tradisi yang dibawa oleh Wali Songo. Termasuk diantaranya tradisi bancakan.

Tradisi ini diyakini mendapat pengaruh dari tradisi megibung yang dilakukan umat Hindu. Tiap kali bancakan diselenggarakan, pihak puri maupun umat Hindu yang tinggal dekat masjid, pasti ikut dilibatkan.

“Secara historis, keberadaan kami ini tidak lepas dari puri. Makanya tiap puri ada acara, kami wajib ngayah ke puri. Apalagi saat bancakan atau megibung seperti ini,

dari puri pasti ada saja yang hadir. Ini bukti toleransi kami yang sudah berjalan selama ratusan tahun,” kata Agus Murjani.

Sementara itu Penglingsir Puri Kanginan, A.A. Ngurah Parwata Panji mengungkapkan, hubungan antara puri dengan nyama selam di Kampung Singaraja, tidak akan pernah lepas.

“Kita itu selalu menyama braya baik suka maupun duka. Sesepuh kami juga selalu berpesan agar hubungan baik dengan nyama selam di Kampung Singaraja ini harus dijaga dengan baik,” kata Parwata.

Untuk itu pihaknya pun mengajak agar para sesepuh di Kampung Singaraja, terus menanamkan rasa persaudaraan di kalangan remaja.

Sehingga hubungan silaturahmi yang telah terpupuk selama ratusan tahun, terus terjaga dengan baik.

Selain menggelar acara bancakan atau megibung, kemarin juga digelar lomba pajegan taluh. Pajegan taluh sebenarnya pohon telur yang biasa dibuat saat Maulid Nabi.

Bedanya pohon telur ini dibuat di atas dulang yang biasa digunakan membuat pajegan oleh umat Hindu.

Di atas dulang kemudian dibuat semacam pajegan yang berisi telur dan buah-buahan. Sehingga namanya pun disebut pajegan taluh. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/