GIANYAR – Bali United terkapar tidak berdaya di Stadion Kapten I Wayan Dipta saat menghadapi calon kuat juara Persija Jakarta, dipekan ke-33 Liga 1, Minggu malam (2/12).
Drama kurang lebih 104 menit menghiasai kemenangan Macan Kemayoran kemarin. Mirisnya, kekalahan ini dipenuhi drama.
Flare, smoke bomb, dan kembang api menyala. Awalnya di tribun utara yang dihuni North Side Boys 12.
Namun, kemudian menyebar ke seluruh isi stadion.
Mereka menyerukan agar Widodo Cahyono Putro alias WCP kembali jadi sebagai Pelatih Bali United. Padahal, sebelumnya banyak suporter meminta Widodo hengkang dari Bali United.
Namun, mereka sekarang meminta kembali lagi. Selain itu, chant-chant mengenai tentang mafia sepakbola Indonesia berkumandang. Spanduk-spanduk sindiran untuk Bali United dan PSSI terbentang.
Mirisnya, tercatat hingga babak kedua usai, sudah enam kali wasit asal Jatim Djumadi Efendi menghentikan pertandingan karena flare dan sebagainya.
Di babak kedua, riuhnya suporter semakin menjadi. Kali ini bukan hanya dari tribun utara. Tetapi muncul di tribun selatan, timur, dan barat.
Kali ini botol sudah dilempar oleh suporter. Terutama penghuni sisi tribun timur. Apa yang dilakukan suporter tidak bisa disalahkan, tetapi tidak bisa juga dibenarkan.
Keputusan-keputsan kontroversial dari Djumadi membuat pendukung Bali United semakin naik darah. Mereka seakan tidak terima dengan keputusan wasit yang dianggap sangat menguntungkan Persija.
Belum lagi penalti yang diberikan Djumadi untuk Persija. Meski tendangan SImic masih bisa ditepis Dicky, tepapi bola rebound berhasil dimaksimalkan dengan baik.
Belum jelas menit keberapa gol yang dicetak oleh SImic. Tetapi dari penghitungan waktu online, Gol Simic terjadi pada menit ke-84.
Asa terbuka bagi Bali United setelah Stefano Lilipaly berhasil mencetak gol. Dari penghitungan online, gol Fano dicetak pada menit ke-94.
Setelah itu, pertandingan kembali dihentikan sementara oleh Djumadi. Masalah lain adalah, dari pengakuan Match Commissioner yang berkoordinasi langsung dengan Media Officer,
dan General Coordinator mengatakan bahwa masih ada waktu sekitar 12 menit waktu normal setelah gol dari Fano atau waktu pertandingan masih menunjukkan menit ke-78.
Andritany Ardhiasa tiba-tiba terjatuh. Sepertinya itu yang membuat Djumadi langsung meniup peluit. Sontak hampir semua pemain Serdadu Tridatu memprotes keputusannya.
Termasuk Caretaker Bali United Eko Purdjianto. “Saya kaget tiba-tiba wasit menghentikan pertandingan. Saya tanya ke wasit dibilang masih delapan menit.
Tapi keputusan wasit sudah seperti itu dan kami serahkan saja ke komisi wasit. Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi,” terang Eko.