DENPASAR – Drama 104 menit saat Bali United dikalahkan Persija Jakarta dengan skor 1-2 sudah usai. Hasil yang menyakitkan.
Cerawat, kembang api, bom asap, mercon, hingga pelemparan botol plastic dan kaca menghiasai drama Minggu malam (2/12) itu.
Semua suporter kompak menyerukan perlawanan mereka untuk memberantas mafia sepakbola di Indonesia.
Mereka juga menyerukan kembalinya Widodo Cahyono Putro sebagai Pelatih Bali United. Mereka juga meminta tanggung jawab Manajemen Bali United yang dianggap sebagai bagian dari mafia sepakbola Indonesia.
Banner-banner sindiran untuk mafia dan tentunya Bali United bertebaran. Mulai dari spanduk bertuliskan Bali United Goes to Asia School hingga Bisnis = Prestasi?? Terbentang di stadion.
CEO Bali United Yabes Tanuri hingga sang Owner Bali United Pieter Tanuri langsung mengernyitkan mata.
Apa yang dilakukan suporter sepertinya sudah membuat mata dan telinga mereka panas. Belum sanksi yang yang akan didapat oleh Bali United nanti.
Usai pertandingan, suporter yang kebanyakan mengenakan pakaian hitam masih memenuhi depan pintu VVIP Stadion Dipta.
Tuntutan mereka yang ingin menemui manajemen akhirnya terealisasi. Owner Bali United Pieter Tanuri menemui para supporter.
Seruan-seuran “nakal” kembali terdengar dari suporter. “Pak kapan mundur sebagai Exco PSSI? Widodo harus kembali! Spaso out pak!,” ucap para suporter.
Yang menarik adalah ketika para suporter menanyakan apa target musim depan. Mereka berharap target juara yang keluar dari mulut Pieter, tetapi justru sebaliknya.
“Target tahun depan minimal lima besar dulu,” ujar Pieter Tanuri usai pertandingan Minggu malam kemarin (2/12).
Sontak saja apa yang diucapkan Pieter kembali membuat suara suporter lebih lantang dari sebelumnya. Setelah itu, pria berkacamata ini kembali memberikan penjelasan.
“Kami harus realistis dulu sebelum memikirkan juara,” ucapnya. “Semoga tahun depan manajemen mau menerima masukan kami disetiap pertandingan,” tambah para suporter.
